A. Pengertian
Tasawuf falsafi
adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi
rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi
menggunakan terminologi filosifis dalam pengungkapannya serta berasal dari
bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.
B. Sejarah Kemunculan
Menurut At-Tafzani, tasawuf
falsafi muncul dengan jelas dalam khasanah Islam sejak abad keenam
hijiriyyah meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Sejak saat itu
tasawuf jenis ini hidup dan berkembang, terutama di kalangan para sufi yana
juga filosof, sampai menjelang akhir-akhir ini.
Masih menurut
At-Tafzani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang samara-samar
akibatnya banyaknya istilah khusus yang hanyadapat dipahami oleh mereka yang
memahami ajaran tasawuf jenis ini
C. Tokoh-Tokoh
1.
IBN ‘ARABI
a. Biografi Singkat
Nama lengkap Ibn Arabi
adalah Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir
di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyo;, tahun 560 H., dari keluarga berpangkat,
hartawan, dan ilmuan. Diantara karya monementalnya adalah Al-Futuha
Al-Makiyyah yang ditulisnya pada tahun 1201 tatkala ia sedang menunaikan
ibadah haji. Karya lainnya adalah Tarjuman Al-Asuywaq yang ditulisnya
untuk mengenjang kecantikan, ketaqwaan, dan kepintaran seorang gadis cantik
dari keluarga seorang sufi di Persia.
b. Ajaran-ajaran Tasawufnya
Ajaran sentral Ibn
arabi adalah tentang wahdat Al-wujud (kesatuan wujud). Meskipun demikian,
istilah wahdat Al-wujud yang dipakai untuk menyebut ajaran sentralnya
itu tidaklah berasal dari dia, tetapi berasal dari Ibnu Taimiah, tokoh yang
paling keras dan mengecam dan mengkritik ajaran sentralnya tersebut.
Terjadi perbedaan
dalam memformulasikan pengertian wahdat Al-Wujud. Menurut Ibnu Taimiyah,
wahdat Al-Wujud adalah penyamaan Tuhan dengan alam. Menurutnya,
orang-orang yang mempunyai paham wahdat Al-wujud mengatakan bahwa wujud
itu sesungguhnya hanya satu dan wajib Al-wujud yang dimiliki oleh khaliq
adalah juga mumkin Al-wujud yang dimiliki oleh makhluk. Selain itu,
orang-orang yang mempunyai paham wahdat Al-wujud itu juga mengatakan
bahwa wujud alam sama saja dengan wujud Tuhan, tidak ada kelainan dan tidak ada
perbedaan.
Menurut Ibn Arabi,
wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakikatnya wujud makhluk adalah
wujud khaliq pula. Tidak ada perbedan antara keduanya (khalik dan makhluk) dari
segi hakikatnya.
Menurutnya juga, wujud
alam pada hakikatnya adalah wujud Allah, dan Allah adalah hakikat alam.
Perbedaannya hanya pada bentuk dan ragam dari hakikat yang satu.
Dari konsep wahdat
Al-wujud Ibn Arabi ini, muncul dua konsep yang sekaligus merupakan lanjutan
dan cabang dari konsep wahdat Al-wujud tersebut, yaitu konsep Al-hakikat
Al-Muhammadiyyah dan konsep wahdat Al-Adyan (kesamaan agama).
Menurut Ibn Arabi
Tuhan adalah pencipta alam semesta. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
Ø
Tajalli Dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabitah
Ø
Tanazul Dzat Tuhan dari alam ma’ani ke alam ta’ayyunat
(realitas-realitas rohaniah), yaitu alam arwah yang mujarrad.
Ø
Tanazul kepada realitas-realitas nafsiah, yaitu alam nafsiah
berpikir.
Ø
Tanazul Tuhan dalam bentuk ide materi yang bukan materi, yaitu
alam mitsal (ide) atau khayal.
Ø
Alam materi, yaitu alam inderawi.
Selain itu, Ibn Arabi
menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak bisa dipisahkan dari ajaran Hakikat
Muhamadiyyah atau Nur Muhammad. Menurutnya, tahapan-tahapan kejadian
proses penciptaan alam dan hubungan dengan kedua ajaran itu dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Ø
Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak, yaitu Dzat yang mandiri dan tidak
berhajat pada apapun.
Ø
Wujud Hakikat Muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan)
pertama dari wujud Tuhan kemudian muncullah wujud dengan proses
tahapan-tahapannya sebagaimana dikemukakan di atas.
Dengan demikian Ibn
Arabi menolak ajaran yang mengatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari
tiada (cretio ex nihilio).
2.
AL-JILLI
a. Biografi Singkat
Nama lengkapnya adalah
‘Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jilli. Ia lahir pada tahun 1365 M. di Jilan
(Gilan), sebuah provinsi di sebelah selatan Kasfia dan wafat pada tahun 1417 M.
Nama Jilli diambil dari tempat kelahirannya di Gilan. Ia adalah seorang sufi
yang terkenal dari Baghdad. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh para
ahli sejarah, tetapi dari sebuah sumber mengatakan bahwa ia pernah melakukan
perjalanan ke India pada tahun 1387 M. kemudian belajar tasawuf di bawah
bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani, seorang pendiri dan pemimpin tarekat
Qadariyah yang sangat terkenal. Di samping itu, berguru pula pada syekh
Syarafuddin Ismail bin Ibrahim Al-Jabarti di Zabid (Yaman) pada tahun 1393-1403
M.
b. Ajaran Tasawuf Al-Jilli
Ajaran tasawuf
Al-Jilli yang terpenting adalah paham Insan Kamil (manusia sempurna).
Menurut Al-Jilli, Insan Kamil adalah nukhsah atau copy Tuhan,
sebagaimana disebutkan dalam hadits :
خَلَقَ
الَّلهُ اَدَمَ عَلَئ صُرَةِ الرَّحْمَنِ
“Allah menciptakan Adam dalam bentuk Maharahman”
Hadits lain
berbunyi :
خَلَقَ الَّلهُ
اَدَمَ عَلَئ صُرَتِهِِ
“Allah menciptakan Adam dalam bentuk
diri-Nya”
Al-Jilli berpendapat
bahwa nama dan sifat Ilahiah pada dasarnya merupakan milik insan
kamil sebagai sutu kemestian yang inheren dengan esensinya. Hal itu
karena sifat dan nama tersebut tidak memiliki tempat berwujud, melainkan pada insan
kamil.
Lebih lanjut Al-Jilli
berkata bahwa duplikasi Al-Kamal (kesempurnaan) pada dasarnya dimiliki oleh
semua manusia, Al-Kamal dalam konsepnyamungkin dimiliki manusia secara
profesional (bi Al-quwwah) dan mungkin pula secara actual (bi Al-fill) seperti
yang terdapat dalam diri wali dan Nabi meskipun dalam intensitas yang berbeda.
Sedangkan menurut Arberry Insan Kamil Al-Jilli dekat dengan konsep hulul
Al-Hallaj dan konsep ittihad Ibn Arabi, yaitu integrasi sifat hulul
dan nasut dalam suatu pribadi sebagai pancaran dari nur Muhammad.
Adapun Ibn Arabi mentransfer konsep hulul Al-Hallaj dalam paham ittihad
ketika menggambarkan insane kamil sebagai wali-wali Allah, yaitu
diliputi oleh Nur Muhammad SAW.
Berkaitan dengan insane
kamil, Al-Jilli merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui oleh
seorang sufi. Dalam istilahnya, maqam itu disebut Al-martabah (jenjang/tingkatan).
Martabah-martabah itu adalah :
Ø
Islam. Islam yang didasarkan pada lima pokok atau rukun dalam
pemahaman kaum sufi tidak hanya dilakukan secara ritual, tetapi harus dupahami
dan dirasakan lebih dalam.
Ø
Iman. Yakni membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan rukun iman
dan melaksanakandasar-dasar Islam.
Ø
Ash-Shalah. Pada maqam ini seorang sufi mencapai tingkatan
ibadah yang terus menerus kepada Allah dengan perasaan khauf dan
raja’.
Ø
Ihsan. Maqam ini menunjukan bahwa seorang sufi mencapai tingkat
menyaksikan efek (atsar) nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam ibadahnya
merasa seakan-akan berada di hadapan-Nya.
Ø
Syahadah. Pada maqam ini, seorang sufi telah mencapai
iradah yang bercirikan mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih, mengingat-Nya
terus- menerus, dan meninggalkan hal-hal yang jadi keinginan pribadi.
Ø
Shiddiqiyah. Istilah ini menggambarkan tingkat pencapaian hakikat
ma’rifat yang diperoleh secara bertahap Dari ilmu Al-Yaqin, ‘ain
Al-yaqin, dan haqq Al-yaqin.
Ø
Qurbah. Ini merupakan maqam yang memungkunkan seorang sufi
dapat menampakkan diri dalam sifat dan mendekati sifat dan nama Tuhan
3.
IBN SAB’IN
a. Biografi Singkat.
Nama lengkap Ibn
Sab’in adalah ‘Abdul Haqq bin Ibrahim Muhammad bin Nashr, seorang sufi yang
juga filosof dari Andalusia. Ia terkenal di
Eropa karena jawaban-jawabannya atas pernyataan Frederick II, penguasa Sisilia.
Ia dipanggil Ibn Sab’in dan digelari Quthbuddin. Terkadang dikenal pula dengan
Abu Muhammad. Ia dilahirkan tahun 614 H. (1217-1218 M.) di kawasan Murcia.
Ibn Sab’in
meninggalkan karyanya sebanyak 41 buah karya. Dan menguraikan tasawufnya secara
teoritis maupun praktis, dengan cara yang ringkas maupun panjang lebar.
Kebanyakan karyanya telah hilang.
b. Ajaran Tasawuf Ibn Sabi’in
Ibn Sab’in adalah
seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf filosofis, yang dikenal
dengan paham kesatuan mutlaq. Gagasan essential pahamnya sederhana saja,
yaitu wujud satu alias Wujud Allah semata. Paham ini dikenal dengan sebutan paham
kesatuan mutlak. Hal ini karena paham ini berbeda dari paham-paham tasawuf
yang memberi ruang lingkup pada pendapat-pendapat tentang hal yamh mungkin
dalam suatu bentuk.
Dalam pahamnya , Ibn
Sab’in menempatkanketuhanan pada tempat pertama. Wujud Allah, menurutnya,
adalah asal segala yang ada pada masa lalu, masa kini, maupun masa depan.
Sementara wujud materi yang tanpak justru dirujukan pada wujud mutlak yang
rohaniah. Dengan denikian, paham ini menampilkan wujud bercorak spiritual dan
bukan material.
4.
IBN MASARRAH
a. Biografi Singkat
Nama lengkap Ibn
Masarrah adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Masarrah (269-319 H.). ia merupakan
salah seorang sufi sekaligus filisof dari Andalusia. Ia memberikan pengaruh
yang besar terhadap esetrik madzhab Al-Mariyah. lebih jauh Ibn Hazm mengatakan
bahwa Ibn Masarrah memiliki kecenderungan yang besar terhadap filsafat,
sedangkan dalam kacamata Musthafa Abdul Raziq, Ibn Masarrah termasuk aliran ittihadiyyah.
Pada mulanya, Ibn Masarrah merupakan penganut sejati aliran Mu’tazilah, lalu
berpaling pada madzhab Neo Platonisme. Oleh karena itu, ia dituduh
mencoba menghidupkan kembali filsafat yunani kuno.
b. Ajaran Tasawuf Ibn Masarrah
Di antara ajaran-ajaran
Ibn Masarrah adalah sebagai berikut :
Ø
Jalan menuju keselamatan adalah mensucikan jiwa, zuhud, dan mahabbah yang
merupakan asal dari semua kejadian.
Ø
Dengan penakwilan ala Philun atau aliran Isma’iliyyah terhadap
ayat-ayat Al-Qur’an, Ibn Masarrah menolak adanya kebangkitan jasmani.
Ø
Siksa neraka bukanlah bentuk yang hakikat.