Kamis, 22 Maret 2012

AL-QUR'AN

Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an : Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. (baik isi maupun redaksi) melalui perantaraan Malaikat Jibril as.
2. Fungsi dan Peranan Al-Qur’an : Al-Qur’an adalah wahyu Allah (7:2)

Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan
di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu
(kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (QS.
Al-A􀂶raf / 7:2).
Al-Qur’an berfungsi sebagai
a. Mu’jizat bagi Rasulullah Muhammad saw. (17:88; 10:38)

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain". (QS. Al-Isra􀂶/ 17: 88).

Atau (patutkah) mereka mengatakan: "Muhammad membuat-buatnya."
Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan
sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu
panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar." (QS. Yunus/ 10: 38)
b. Pedoman hidup bagi setiap Muslim (2:2; 45:20)

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa (QS. Al-Baqarah/ 2: 2)

Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang meyakini. (QS. Al-Jaatsiyah/ 45: 20).
c. Sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang
sebelumnya (5:48,15) dan bernilai abadi.

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. (QS. Al-Maidah / 5: 48).

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. (QS. Al-Maidah / 5: 15).
3. Nama-nama Al-Qur’an :
a. Al-Kitab (2:2)

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa (QS. Al-Baqarah/ 2: 2)
b. Al-Furqan (25:1)

Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (QS.
Al-Furqan/ 25: 1).
c. Az-Zikru (15:9)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr / 15: 9).
d. Al-Mau’izhah (10:57)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus/ 10: 57).
e. Al-Huda (72:13)

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Qur'an), kami
beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak
takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa
dan kesalahan. (QS. Al-Jinn / 72: 13).

f. As-Syifa’ (10:57), dll.

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus/ 10: 57).
Catatan : Nama sekaligus mengandung sifat
4. Turunnya Al-Qur’an : Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad saw. secara berangsur-angsur (munajjaman) selama lebih kurang 23
tahun meliputi periode Makkah dan Madinah (17:106; 25:32).

Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian. (QS. Al-Isra􀂶 / 17: 106).

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-
Furqan / 25: 32).
5. Hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur :
a. Untuk Nabi :
1) Meringankan Nabi dalam menerima wahyu.
2) Memudahkan Nabi dalam menjelaskan kandungan Al-Qur’an dan
mencontohkan pelaksanaannya.
3) Meneguhkan hati Nabi dalam menghadapi celaan dan penganiayaan
orang-orang musyrik.
b. Untuk Umat :
1) Memudahkan umat menghafal Al-Qur’an.
2) Memudahkan umat untuk memahami Al-Qur’an.
3) Mempersiapkan bangunan Al-Qur’an dengan landasan yang sempurna
yang menghancurkan kepercayaan-kepercayaan yang bathil dan tradisi
yang merusak.
4) Membangun umat menunju bentuk yang sempurna dengan menanamkan
keimanan yang sejati, peribadatan yang benar dan akhlak yang terpuji.
5) Meneguhkan hati orang yang beriman dan meringankan beban penderitaan
mereka dalam menegakkan dan memperjuangkan Islam
Halaman| 11
6. Pengumpulan Al-Qur’an (Jam’ul Qur’an)
a. Pada masa Rasulullah saw. dihafal oleh para Sahabat dan ditulis di berbagai
macam sarana yang sederhana.
b. Pada masa Abu Bakar As-Shiddiq dikumpulkan dalam satu mushaf oleh
panitia tunggal Zaid bin Tsabit dengan berpedoman kepada hafalan dan
tulisan pasa sahabat. Ayat demi ayat disusun sesuai dengan petunjuk
Rasulullah saw. sebelumnya, tapi surat demi surat belum lagi diurutkan sesuai
dengan petunjuk Rasulullah saw.
c. Pada masa Utsman bin Affan pengumpulan Al-Qur’an disempurnakan dengan
menyusun surat demi surat sesuai dengan ketentuan Rasulullah saw. dan
menuliskannya dalam satu sistem penulisan yang bisa menamoung semua
qira’at yang benar (Ar-Rasmul Utsman/Sistem penulisan Utsman). Disalin
beberapa kopi dan dikirimkan ke pusat-pusat pemerintahan umat Islam waktu
itu. Tugas ini dilaksanakan oleh sebuah team diketuai oleh Zaid bin Tsabit
dengan anggota Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash dan Abdurrahman bin
Harits bin Hisyam.
7. Komitmen seorang muslim terhadap Al-Qur’an
a. Seorang muslim harus mengimani bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang
terakhir, yang diturunkan Allah SWT sebagai petunjuk (hudan) bagi umat
manusia (4:136; 2:2).

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS.
An-Nisa􀂶 / 4: 136).

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa (QS. Al-Baqarah/ 2: 2)
b. Seorang muslim haruslah mempelajari Al-Qur’an baik secara membacanya
(tilawah), terjemahan (tarjamah), maupun maksudnya (tafsir) (17:45; 8:2;
73:4, 20; 47:24; 3:7).

Dan apabila kamu membaca Al Qur'an niscaya Kami adakan antara kamu
dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu
dinding yang tertutup. (al-Isra􀂶/ 17: 45)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal (QS. Al-Anfal/ 8: 2).

Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS. Al-Muzammil /
73:4).

Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an (QS. Al-Muzammil/
73: 20).

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka
terkunci? (QS. Muhammad / 47: 24).

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi)
nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan
yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayatayat
yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah.
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal. (QS. Ali 􀂵Imran/ 3: 7).
c. Seorang muslim haruslah mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam seluruh
kehidupannya baik kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara,
maupun kehidupan internasional. Baik aspek ekonomi, politik, budaya,
pendidikan maupun aspek hidup lainnya (7:3; 45:7-8; 24:51; 5:44,45,47;
4:105).

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya). (QS. Al-A􀂶raf/ 7: 3).

(7). Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta
lagi banyak berdosa, (8). dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan
kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak
mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.
(QS. Al-Jaatsiyah/ 45: 7-8).

Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada
Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka
ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orangorang
yang beruntung. (QS. An-Nuur/ 24: 51).

Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah/ 5: 44).

Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Maidah / 5: 45).

Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maidah/ 5: 47).

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang
yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat (QS. An-
Nisa􀂶/ 4: 105).
d. Seorang muslim haruslah berusaha mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain
sehingga mereka dapat memahami dan mengimaninya (3:110; 3:104; 3:79).

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orangorang
yang fasik. (QS. Ali 􀂵Imran / 3: 110).

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali 􀂵Imran/ 3: 104).

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu
menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia
berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu
selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
(QS. Ali 􀂵Imran/ 3: 79).
e. Seorang muslim harus berusaha memahami bahasa Arab sebagai bahasa Al-
Qur’an (12:2).

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf / 12: 2).

Minggu, 11 Maret 2012

SENI BUDAYA SMK

1. Pengertian Teaater: ialah segala macam jenis lakon yang dimainkan diatas pentas dan disaksikan oleh penonton.
2. Teater,
a) Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Teater menurut Cohen adalah Wadah kerja artistik dengan aktor menghidupkan tokoh tidak direkam, tapi langsung dari naskah. Namun, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM).
b) Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra (Bakdi Soemanto, 2001).
c) Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegara VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).
d) Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal
e) Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Teater menurut Cohen adalah Wadah kerja artistik dengan aktor menghidupkan tokoh tidak direkam, tapi langsung dari naskah. Namun, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM).
f) Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra (Bakdi Soemanto, 2001).
g) Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegara VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).
h) Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal

3. Pengertaian Drama : ialah kisah hidup dan kehidupan yang dicerite yang dilakonkan diatas pentas serta dipertontonkan pada orang banyak
4. Unsur-unsur Teater Modern ialah:
b. Naskah ceritera/lakon
c. Scenario/ tata artistik
d. Sutradara
e. Pemain/pemeran
f. Penonton










5. Tipe Sutradara
a. Sutradara konseptor
Sutradara menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif. Tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tsb.
b. Sutradara diktator
Sutradara mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi robot – robot yang tetap buta tuli.
c. Sutradara koordinator.
Sutradara menempatkan diri sebagai pengarah atau polisi lalulintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya.
d. Sutradara paternalis
Sutradara bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya.Teater disamakan dengan padepokan, sehingga pemain adalah cantrik yang harus setia kepada sutradara.
6. Peranan sutradara dalam teater dan pementasan ialah :
a) Koordinator,
b) Organisator
c) Konseptor,
d) Motor,dan
e) Guru (dalam arti ’mengajar’ para anggota teater)

7. Cara Mencasting
a) casting berdasarkan kecakapan
b) casting berdasarkan tipe (kecocokan fisik) pemain
c) casting berdasarkan pertentangan watak atau fisik pemain
d) casting berdasarkan kesamaan emosi dan temperamen yang dimiliki pemain
e) casting berdasarkan terapi

8. Jenis-jenis teater:
a. Teater Boneka
Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisah - kisah religius. Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan. Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar.
b. Drama Musikal
Merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting. Drama musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para pemainnya. Kemampuan aktor tidak hanya pada penghayatan karakter melalui baris kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena memang latar belakangnya adalah karya musik yang bercerita.
c. Teater Gerak
Teater gerak merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Makna pesan sebuah lakon yang hendak disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk gerak.








d. Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasar pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis sangat diperhatikan dan situasi cerita serta latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin.
Rangkaian cerita dalam teater dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Mencoba menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Menonjolkan laku aksi pemain dan melengkapinya dengan sensasi sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk keseluruhan lakon. Karakter yang disajikan di atas pentas adalah karakter manusia yang sudah jadi, dalam artian tidak ada lagi proses perkembangan karakter tokoh secara improvisatoris. Dengan segala konvensi yang ada di dalamnya, teater dramatik mencoba menyajikan cerita seperti halnya kejadian nyata.
e. Teatrikalisasi Puisi
Pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya hanya dibacakan dicoba untuk diperankan diatas pentas. Karena bahan dasarnya adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya aktingpara pemain biasanya teatrikal. Tata panggung dan blocking dirancangsedemikian rupa untuk menegaskan makna puisi yang dimaksud.


a. Ciri-ciri teater tradisional/teter rakyat Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari – hari
b) Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian
c) Unsur lawakan selalu muncul
d) Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan, dan dalam satu adegan biasanya terdapat dua unsur emosi sekaligus, yaitu : Tertawa dan menangis.
e) Pertunjukan menggunakan tetabuhan / musik tradisional
f) Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab. Dan bahkan tidak terelakkan adanya dialog langsung antara pelaku (tokoh/aktor) dengan publiknya (penonton)
g) Menggunakan bahasa daerah setempat
h) Tempat pertunjukan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton)
10. Ciri-ciri Teater Modern
a. Panggung tetata
b. Pengaturan jalan ceritera
c. Tempat panggung tertutup

11. Sejarah Ketoprak
Ketoprak adalah suatu teater rakyat yang berasal dari Prov.Jawa Tengah.
Ketoprak merupakan kesenian tradisional yang mengangkat cerita tentang babad Tanah Jawa. Dahulu sering dimainkan oleh orang-orang desa untuk menghibur diri ,dengan menbuh lesung secara berirama dibuan purnama, Baru pada sekitar tahun 1909 untuk pertama kalinya dipentaskan Ketoprak yang berbentuk pertunjukan lengkap berkat jasa KRT Wongsonegoro yang pernah menjadi gubernur Jateng.

12. Ciri-ciri ketoprak
a. Cerita biasanya sudah dikenal dalam masyarakat (legenda, dongeng, sejarah, babad, fiktif) baik dari dalam maupun luar negeri.
b. Penyutradaraan dilakukan secara luwes
c. Naskah Ketoprak yang dikenal dengan woss
d. Naskah Ketoprak/woss berbeda dengan naskah lakon lainnya, dengan ciri – ciri : Naskah singkat, sederhana dan lengkap tanpa dialog
e. Dapukan (tokoh yang akan diperankan) / baik terancang maupun spontanitas. Dapukan disini bahasa lainnya adalah tokoh
f. Penuangan cerita, dapat bersama – sama atau perorangan
g. pengaturan bagian – bagian yang lain dilaksanakan secara terancang, maupun spontanitas.
h. Pementasan dapat berjalan, meskipun dalang (sutradara) tidak mengendalikan
i. Konsep penyutradaraan tidak meninggalkan unsur : sereng (kereng/serius), sengsem (terhanyut, terlena), lucu dan bobot (isi/kualitas).
13. Fungsi pokok teater tradisional
a) Pemanggil kekuatan gaib
b) Menjemput roh – roh pelindung untuk hadir di tempat terselenggaranya pertunjukan
c) Memanggil roh – roh baik untuk mengusir roh – roh jahat
d) Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan maupun kepahlawanannya
e) Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat – tingkat hidup seseorang
f) Pelengkap upacara untuk saat – saat tertentu dalam siklus waktu

14. Vocal dan jenis-jenis suara manusia
Suara Manusia Dibagi 3 (Tiga) :
1. Suara Wanita Dewasa ;
a) Sopran (suara tinggi wanita)
b) Messo Sopran (suara sedang wanita)
c) Alto (suara rendah wanita)
2. Suara Pria Dewasa :
a) Tenor (suara tinggi pria)
b) Bariton (suara sedang pria)
c) Bas (suara rendah pria)
3. Suara Anak-anak :
a) Tinggi
b) Rendah.

15. Unsur-unsur seni music (unsur-unsur teknik vocal)
1. Artikulasi, adalah cara pengucapan kata demi kata yang baik dan jelas.
2. Pernafasan adalah usaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian
disimpan, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai dengan keperluan.
3. Phasering, ialah aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar sehingga mudah
dimengerti dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
4. Sikap badan atau posisi badan ketika seseorang sedang menyanyi dengan berdiri atau duduk yang penting tidak mengganggu jalanya pernafasan
5. Resonansi, untuk memperindah suara dengan mengfungsikan rongga-rongga udara yang turut bervebrasi, bergetar sekitar tenggorokan.
6.Vbrato, untuk memperinfah lagu, seperti cangkok suara dll.
7. Improviasasi, memperindah lagu dengan merubah atau menambah bagian dari melodi lagu secara professional
8.Intonasi, tinggi rendahnya suatu nada yang harus dijangkau.

INDIKATOR KINERJA GURU DAN PENILAIANNYA

A. Indikator Kinerja Guru
Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau dise-but dengann RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembe-lajaran (classroom procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).
Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegi-atan pembelajaran dikelas yaitu:

1. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang ber-hubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajar-an yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pe-laksanaan pembelajaran(RPP). Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdi ri dari:
a. Identitas Silabus
b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi Dasar (KD)
d. Materi Pembelajaran
e. Kegiatan Pembelajaran
f. Indikator
g. Alokasi waktu
h. Sumber pembelajaran
Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan sitilah RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari sila-bus, ditandai oleh adnya komponen-komponen :
a. Identitas RPP
b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi dasar (KD)
d. Indikator
e. Tujuan pembelajaran
f. Materi pembelajaran
g. Metode pembelajaran
h. Langkah-langkah kegiatan
i. Sumber pembelajaran
j. Penilaian

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembejaran. Semua tu-gas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut kemampuan guru.

a. Pengelolaan Kelas
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepat-an waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.
Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/ setting tempat duduk siswa yang dilakukan pergantian, tujuannya memberi-
kan kesempatan belajar secara merata kepada siswa.

b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu diku-asi guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sum-ber belajar.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. (R. Ibra-him dan Nana Syaodih S., 1993: 78)
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman. Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-bu-ku/sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan teruta-ma untuk keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya meng-gunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tatapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.
Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang su-dah ada (by utilization) seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.

c. Penggunaan Metode Pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Gu-ru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesu-ai dengan materi yang akan disampaikan. Menurut R. Ibrahim dan Nana S. Sukmadinata (1993: 74) ”Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai”.
Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan de-ngan tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tu-gas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan sis-wa, dan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.

3. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pem-belajaran yang telah dilakukan. Pada tahp ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyu-sunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah so-al yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan terting-gi di kelasnya.
Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh sis-wa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasar-kan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.
Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan pe-nilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran.
Kempuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/ pe-nilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan alat
tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.
Bentuk tes tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah ragam benar/ salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat.
Tes lisan adalah soal tes yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumya ditujukan un-tuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya.
Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru kepada siswa. Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan sesuai de-ngan materi yang telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian, kete-rampilan, olahraga, komputer, dan sebagainya.
Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes ini dapat di-gambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif, ka-rena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat pe-nilaian hasil belajar.
Di samping pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes, hal lain yang harus diperhatikan guru adalah pengolahan dan penggunaan hasil bela-jar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu:
a. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak dipahami oleh sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelaja-ran, melainkan cukup memberikan kegiatan remidial bagi siswa-siswa yang bersangkutan.
b. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh se-bagian besar siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap program pembe-lajaran, khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.
Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi kegiatan pengem-bangan pembelajaran dapat dijadikan indikasi kemampuan guru dalam pengo-lahan dan penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
a. Kegiatan remidial, yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan tes, dan menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa.
b. Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam program semes- teran maupun program satuan pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyangkut perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau disempurnakan.

B. Indikator Abilitas Guru
Abilitas dapat dipandang sebagai suatu karakteristik umum dari seseo-rang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujud-kan melalui tindakan. Abilitas seorang guru secara aplikatif indikatornya da-pat digambarkan melalui delapan keterampilan mengajar (teaching skills), yakni:

1. Keterampilan Bertanya (Questioning skills)
Dalam proses pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting, hal
ini dikarenakan pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik melontar-kan pertanyaan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yiatu:
a. Meningkatkan pastisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu masa-lah yang sedang dibicarakan.
c. Mengembangkan pola fikir dan cara belajar aktif dari siswa, karena pada hakikatnya berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
d. Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan mem-bantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Pertanyaan yang baik menurut Uzer Usman (1992: 67) adalah:
a. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
b. Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
d. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menja-wab pertanyaan.
e. Berikan pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata.
f. Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul kebera-nian siswa untuk menjawab dan bertanya.
g. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri ja-waban yang benar.

2. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills)
Penguatan adalah segala bentuk respon apakah bersifat verbal (diung-kapkan dengan kata-kata langsung seperti: bagus, pintar, ya, betul, tepat se-kali, dan sebagainya), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat, pendekatan, dan sebagainya) merupakan bagian dari modifikasi ting-kah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi.
Reinforcement dapat berarti juga respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakah tersebut dimaksudkan untuk memberikan ganjaran atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.
Tujuan dari pemberian penguatan ini adalah untuk:
(1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.
(2) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
(3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
Ada 4 cara dalam memberikan penguatan (reinforcement) yaitu:
a. Penguatan kepada pribadi tertentu. Penguatan harus jelas kepada siapa di-tujukan, yaitu dengan cara menyebutkan namanya, sebab bila tidak jelas akan tidak efektif.
b. Penguatan kepada kelompok siswa, yaitu dengan memberikan pengharga-an kepada kelompok siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
c. Pemberian penguatan dengan cara segera. Penguatan seharusnya diberi-kan sesegera mungkin setelah muncul tingkah laku/respon siswa yang di-harapkan. Penguatan yang ditunda cenderung kurang efektif.
d. Variasi dalam penggunaan. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja karena akan menimbulkan kebosanan, dan lama kelamaan akan kurang efektif.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses inter-aksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kejenuhan siswa, sehing-ga dalam situasi belajar mengajar, siswa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.
Tujuan dan manfaat variation skills adalah untuk:
a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek pembelajaran yang relevan.
b. Memberikan kesempatan berkembangnya bakat yang dimiliki siswa
c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang le-bih baik.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pe-lajaran yang disenangi.
Ada tiga prinsip penggunaan variation skills yang perlu diperhatikan guru yaitu:
a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga ti-dak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu kegiatan pem-belajaran.
c. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam renca-na pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4. Keterampilan Menjelaskan (Explaning skills)
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian infor-masi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan lainnya, misalnya sebab dan akibat. Pe-nyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urut-an yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat penting dari kegiat-an guru dalam berinteraksi dengan siswa di dalam kelas.
Tujuan pemberian penjelasan dalam pembelajaran adalah: (1) membim-bing siswa untuk dapat memahami konsep, hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar; (2) melibatkan siswa untuk berfikir dengan me-macahkan masalah-masalah atau pertanyaan; (3) mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpaham-an siswa; dan (4) membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah.

a. Komponen-komponen dalam Menjelaskan (explaning skills)
1) Merencanakan
Penjelasan yang dilakukan guru perlu direncanakan dengan baik, teruta-ma yang berkenaan dengan isi materi dan siswa itu sendiri. Isi materi melipu-ti analisis masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada di antara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan rumus, hukum, gene-ralisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Hal-hal yang berhubungan dengan siswa hendaknya diperhatikan perbedaan individual tiap siswa baik itu usia, tugas perkembangan, jenis kelamin, kemampuan, interes, latar belakang sosial budaya, bakat, dan lingkungan belajar anak.

2) Penyajian Suatu Penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memper-hatikan hal-hal berikuti ini:
a) Kejelasan. Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, hindari penggunaan kata yang tidak perlu.
b) Penggunaan Contoh dan Ilustrasi. Memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).
c) Pemberian Tekanan. Dalam memberikan penjelasan guru harus memu-satkan perhatian siswa kepada masalah/topik utama dan mengurangi infor-masi yang tidak terlalu penting.
d) Penggunaan Balikan. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertian siswa ketika penjelasan itu diberikan.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and Closure Skills)

Membuka pelajaran (set insuction) adalah usaha atau kegiatan yang di-lakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kon-disi bagi siswa agar mental maupun perhatiannnya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang posi-tif terhadap kegiatan belajar.
Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh sis-wa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
Komponen membuka dan menutup pelajaran sebagaimana dijelaskan M. Uzer Usman (1992: 85) adalah sebagai berikut:

a. Membuka Pelajaran
Membuka Pelajaran, komponennya meliputi:
1) Menarik perhatian siswa. Gaya mengajar, penggunaan media pembe-lajaran atau pola interaksi yang bervariasi.
2) Menimbulkan motivasi, disertasi kehangatan dan keantusiasan, me-nimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan dan memperhatikan minat atau interest siswa.
3) Bemberi acuan melalui berbagai usaha, seperti mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan diba-has dan mengajukan beberapa pertanyaan.
4) Memberikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari) sehingga materi yang dipelari merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah.

b. Menutup Pelajaran.
Dalam menutup pelajaran, cara yang harus dilakukan guru adalah:
1) Meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran.
2) Melakukan evaluasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh guru antara lain adalah mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri dan memberikan soal-soal tertulis.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan se-
kelompok siswa dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan dan pemacahan masa-lah. Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah bimbingan guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah atau pe-ngambilan keputusan.
Komponen-komponen yang perlu dikuasi guru dalam membimbing dis-kusi kelompok yaitu:
a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, dengan cara
merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi, kemu-kakan masalah-masalah khusus, catat perubahan atau penyimpangan dis-kusi dari tujuan dan merangkum hasil diskusi.
b. Memperjelas masalah, untuk menghindari kesalahpahaman dalam memim-pin diskusi seorang guru perlu memperjelas atau menguraikan permasa-lahan, meminta komentar siswa, dan menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan agar kelompok peserta diskusi memper-oleh pengertian yang lebih jelas.
c. Menganalisis pandangan siswa. Adanya perbedaan pendapat dalam disku-si, menuntut seorang guru harus mampu menganalisis dengan cara mem-perjelas hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang perlu disepakati di sam-ping meneliti apakah suatu alasan mempunyai dasar yang kuat.
d. Meningkatkan urunan siswa, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, memberikan contoh dengan tepat, dan memberikan waktu untuk berpikir dan memberikan urun pendapat siswa dengan penuh perhatian.
e. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi, dilakukan dengan cara memancing pertanyaan siswa yang enggan berpartisipasi, memberikan kesempatan pada siswa yang belum bertanya (diam) terlebih dahulu, men-cegah monopoli pembicaraan, dan mendorong siswa untuk berkomentar terhadap pertanyaan temannya.
f. Menutup diskusi, yaitu membuat rangkuman hasil diskusi, menindaklan-juti hasil diskusi dan mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi.
g. Hal-hal yang perlu dihindari yaitu mendominasi/monopoli pembicaraan dalam diskusi, membiarkan terjadinya penyimpangan dalam diskusi.

7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan me-melihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelom-pok yang produktif.
Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah sebagai berikut:
1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, mem-berikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petun-juk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan (reinforcement).
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan sis-wa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tinda-kan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru dapat menggunakan strategi:
a) Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b) Guru menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas melalui kerjasama di antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.
c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masa-lah.
Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu diperha-tikan oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menghindari campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan me-mulai dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang terlalu mem-bingungkan.

8. Keterampilan Pembelajaran Perseorangan
Pembelajaran ini terjadi bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru ter-batas yaitu antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perse-orangan.
Hakikat pembelajaran perseorangan adalah:
a. Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga sis-wa dengan siswa.
b. Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
c. Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
d. Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran.
Peran guru dalam pembelajaran perseorangan ini adalah sebagai organi-sator, nara-sumber, motivator, fasilitator, konselor dan sekaligus sebagai pe-serta kegiatan.
Komponen-komponen yang perlu dikuasi guru berkenaan dengan pem-belajaran perseorangan ini adalah:
a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
b. Keterampilan mengorganisasi.
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yaitu memungkin-kan guru membantu siswa untuk maju tanpa mengalami frustasi. Hal ini dapat dicapai bagi guru yang memiliki keterampilan dalam memberikan penguatan dan mengembangkan supervisi.
d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mencakup membantu siswa menetapkan tujuan dan menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan tersebut, merencanakan kegiatan pembelajaran bersama siswa yang mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah ke-giatan pembelajaran, waktu serta kondisi belajar, bertindak sebagai super-visor dan membantu siswa menilai pencapaiannya sendiri.

C. Instrumen Penilaian Kinerja Guru
Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan (lembar) observasi. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain (individu) melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Kategori dibuat dalam bentuk rentangan mulai dari yang tertinggi sampai terrendah. Rentangan ini dapat disimbolkan melalui huruf (A, B, C, D) atau angka (4, 3, 2, 1), atau berupa kata-kata, mulai dari tinggi, sedang, kurang, rendah, dan sebagainya.
Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan Yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami (sebenarnya) maupun situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan observasi. Tentu saja penilai harus terlebih dahulu mempersiapkan lembaran-lembaran yang berisi aspek-aspek yang hendak dinilai. Dalam lembaran tersebut terdapat kolom di sebelah aspek yang hendak dinilai, di mana penilai dapat memberikan catatan atau penilaian mengenai kuantitas dan/atau kualitas aspek yang dinilai. Penilaian dapat diberikan dalam bentuk tanda cek (√).
Lembar penilaian observasi juga dapat dibuat dalam bentuk yang tidak terstruktur. Maksudnya penilai (observer) tidak memberikan tanda cek, namun menuliskan catatan mengenai kondisi aspek yang diamati. Hal ini biasanya dilakukan apabila hal-hal yang diamati memang belum dapat dipastikan seperti apa dan bagaimana kemunculannya. Sebagai contoh, penilaian terhadap kemampuan seorang guru baru dalam mengelola kelas. Meskipun kisi-kisi pengelolaan kelas telah jelas, akan tetapi bisa saja guru baru yang dinilai tersebut memunculkan perilaku yang tidak terprediksi dalam menghadapi para siswa di kelas. Hal ini dilakukan terutama bila penilai menggunakan pendekatan kualitatif.
Beberapa contoh model instrumen penilaian guru disajikan dalam lampiran.

D. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
Teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas ki-nerja guru menurut T.R. Mithcell (1978) yaitu:



Dari formula tersebut dapat dikatakan bahwa, motivasi dan abilitas ada-lah unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

1. Motivasi
Motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang berhubungan dengan perilaku individu maupun perilaku organisasi. Motivasi merupakan unsur penting dalam diri manusia yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau pekerjaan individu.
Menurut Stoner (1992: 440) motivasi diartikan sebagai faktor-faktor pe-nyebab yang menghubungkan dengan sesuatu dalam perilaku seseorang. Me-nurut Maslow (1970: 35) sesuatu tersebut adalah dorongan berbagai kebutuh-an hidup individu dari mulai kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan insentif keuangan sebagaimana dikemukakan Adam Smith (1976), pendekatan standar kerja se-bagaimana dijelaskan oleh Frederick Taylor (1978: 262), dan pendekatan ana-lisis pekerjaan dan struktur penggajian (job analysis and wage structure approach) yaitu mengklasifikasikan sikap, skill, dan pengetahuan dalam usa-ha untuk mempertemukan kemampuan dan skill individu dengan persyaratan pekerjaan. Analisis tugas adalah suatu proses pengukuran sikap pegawai dan penetapan tingkat pentingnya pekerjaan untuk menetapkan keputusan konpen-sasi.
Berdasarkan pendekatan di atas, maka di kalangan para guru, jabatan guru dapat dipandang secara aplikatif sebagai salah satu cara dalam memoti-vasi (pemotivasi) para guru untuk meningkatkan kemampuannya.

2. Abilitas
Abilitas adalah faktor yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja, abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimi-liki individu. Menurut Bob Davis at. al. (1994: 235) skill dan abilitas adalah dua hal yang saling berhubungan. Abilitas seseorang dapat dilihat dari skill yang diwujudkan melalui tindakannya.
Berkenaan dengan abilitas dalam arti kecakapan guru A. Samana (1994: 51) menjelaskan bahwa, ”Kecakapan profesional guru menunjuk pada suatu tindakan kependidikan yang berdampak positif bagi proses belajar dan per-kembangan pribadi siswa”. Bentuk tindakan dalam pendidikan dapat berwu-jud keterampilan mengajar (teaching skills) sebagai akumulasi dari pengeta-huan (knowledge) yang diperoleh para guru pada saat menempuh pendidikan seperti di SPG, PGSD, atau sejenisnya.

3. Kinerja
Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan
yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran/KBM, dan melakukan penilaian hasil belajar. Hubungan alur kinerja, motivasi, dan abilitas guru dapat digambarkan sebagai berikut:









Gambar 3.1 Alur Kinerja, Motivasi dan Abilitas Guru





















DAFTAR PUSTAKA

Darmo Mulyoatmodjo. 1980. Micro Teaching. Jakarta: Proyek Pengembang-an Pendidikan Guru
Dunkin. J. Michael. 1987. Teaching and Teacher Education. New York. Pergoman Press.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta
_________ 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur, Balitbang Diknas.
_________ 2003. Standar Kompetensi Guru. Jakarta
_________ 2004. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dikmenum.
E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://www.sasked.gov.sk.ca./docs/policy/app.oach/index.html.(Instructional Approch, a Framework for Profesional Practice).
http://www.idss.com.au. (Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi)
Kustimi. 2003. Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Ke-mampuan Mengajar Guru. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia.
Mohamad Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muhammad Surya. 2005. Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Nana Sudjana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Nugroho Susanto. 2000. Pelaksanaan Penilaian Jabatan Fungsional Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Stan-dar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Reigeluth. M. Charles. 1983. Instructional Design, Theories and Models. London: Lowrence Erlbaum Associaties Publisher.
Rusman. 2006. Pendekatan dan Model Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. .
Toto Toharuddin. 2002. Kinerja Profesional Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim Penulis Akta IV. 2007. Pengajaran Mikro dan Keterampilan Mengajar Terbatas. Bandung: FIP Universitas Pendidikan Indonesia.
Weber, WA. 1990. Classroom Management. Toronto. D.C.: Health and Company.

KOMPETENSI, PERAN DAN KINERJA GURU

KOMPETENSI, PERAN DAN KINERJA GURU

A. Kompetensi Guru
Kinerja guru mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru da-pat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indone-sia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kom-petensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan se-cara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) ke-pribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terin-tegrasi dalam kinerja guru.

1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru ber-kenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual.
Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest yang berbeda.
Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk meng-aktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan kegiat-an penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:
a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengem-bangan yang diampu.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisa-sikan berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan ge-nerasi kualitas masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksa-kan tugas sebagai seorang guru.
Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempenga-ruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berla-ku dalam masyarakat.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mem-pengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyara-kat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasil-kan sikap mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut ha-rus mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mema-tuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewa-jibannya.
Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantap-an dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati ada-lah:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudaya-an nasional Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan te-ladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga men-jadi guru, dan rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu di-contoh dan merupkan suritauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru per-lu memiliki kemampuan sosial dengan masyakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan dimilikinnya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.
Kriteria kinerja guru yang harus dilakukan adalah:
a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis ke-lamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendi-dik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru da-lam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tu-gas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pem-belajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disaji-kan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses da-ri internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Kompetensi atau kemampuan kepribadian yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek:
a. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latih-an, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.
b. Dalam melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu di-ciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi me-ngajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong sis-wa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemu-kan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegi-atan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil ber-main, sesuai kontek materinya.
c. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagai-mana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-prinsip lainnya.
d. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksana-kan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula gu-ru dapat menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat me-motivasi siswa belajar.
Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati dari aspek-aspek:
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendu-kung mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu.
c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri

B. Peranan Guru
Peran guru yang dimaksud adalah berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, di mana proses pembelajaran merupakan inti dari pro-ses pendidikan secara keseluruhan.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serang-kaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, di mana dalam proses tersebut terkandung multi peran dari guru.
Peranan guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, peren-cana pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator.
Peranan guru berkaitan dengan kompetensi guru, meliputi:

1. Guru melakukan Diagnosa terhadap Perilaku Awal Siswa.
Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian siswanya. Proses asessing atau memperki-rakan keadaan siswa adalah langkah awal untuk mengetahui lebih lanjut kon-disi siswa untuk kemudian dievaluasi agar lebih kongkrit dan mendekati tepat untuk memahami keadaan siswanya, diharapkan jika guru telah mengetahui betul kondisi siswanya akan mempermudah memberikan meteri pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa.
2. Guru membuat Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan pembelajaran adalah membuat persiapan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pem-belajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan dapat melakukan persiap-an pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psi-kis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

3. Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran
Peran guru yang ketiga ini memegang peranan yang sangat penting, ka-rena di sinilah proses interaksi pembelajaran dilaksanakan. Karena itu ada be-berapa hal yang harus menjadi perhatian guru:
a. Mengatur waktu berkenaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran yang meliputi pengaturan alokasi waktu seperti pengantar + 10%, materi pokok + 80%, dan untuk penutup + 10%.
b. Memberikan dorongan kepada siswa agar tumbuh semangat untuk bela-jar, sehingga minat belajar tumbuh kondusif dalam diri siswa. Guru se-nantiasa harus mampu menunjukkan kelebihan bidang yang dipelajari dan manfaat yang akan didapat dengan mempelajarinya. Menumbuhkan moti-vasi tersebut dapat dilakukan dengan reinforcement yaitu memberi peng-hargaan baik dengan sikap, gerakan anggota badan, ucapan, dan bentuk tertulis. Hal ini dilakukan sebagai respon positif terhadap tindakan yang dilakukan oleh siswa.
c. Melaksanakan diskusi dalam kelas. Dalam sistem pendidikan yang demo-kratis, diskusi adalah wahana yang tepat untuk menciptakan dan menum-buhkan siswa yang kreatif dan produktif serta terlatih untuk berargumen-tasi secara sehat serta terbiasa menghadapi perbedaan. Small group aktivities memiliki kelebihan untuk menggali potensi siswa, karena siswa akan ber-peran aktif lebih besar dalam aktivitas pembelajarannya.
d. Peran guru berikutnya adalah mengamati siswanya dalam berbagai kegi-atan baik yang bersifat formal di ruang kelas maupun di dalam kegiatan ekstra kurikuler. Mengacu pada hasil pengamatan ini guru harus mengeta-hui siswa mana yang membutuhkan pembinaan yang lebih, untuk diberi tugas individu, atau mungkin diberikan remedial teaching sebagai follow up dari tes yang telah diberikan.
e. Peran guru dalam kegiatan ini mencakup informasi berupa pemberian ce-ramah dan juga informasi tertulis yang dibutuhkan siswa dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami siswa. Hanya saja peran guru tidak terlalu dominan, sebab bisa dibayangkan kalau para siswa dari waktu ke waktu hanya menjadi pendengar setia mungkin proses pendidikan tidak akan menghasilkan lulusan yang optimal. Dalam konsep Norman Dodl ini ja-tah waktu ceramah hanya sedikit saja.
f. Peran jenis ini adalah guru memberikan masalah untuk dicarikan solusi alternatifnya, sehingga siswa dapat menggunakan daya pikir dan daya na-larnya secara maksimal. Baik dengan menggunakan metode berpikir in-duktif ataupun deduktif.
g. Melakukan pertanyaan dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Langkah ini menunjukkan proses yang sangat manusiawi dalam hal ini manusia selalu ingin tahu terhadap suatu persoalan atau ma-salah. Keterampilan bertanya dan menjawab adalah merupakan kompe-tensi yang harus dimiliki guru.
h. Menggunakan alat peraga, sebagai alat bantu komunikasi pendidikan se-perti OHP, proyektor, TV dan lainnya yang dapat dirancang sendiri, me-ngingat alat seperti ini sangat membantu proses belajar mengajar, dengan harapan siswa tidak terlalu jenuh. Guru harus berupaya menguasai peng-gunaan alat-alat bantu tersrbut.

4. Guru sebagai Pelaksana Administrasi Sekolah
Konsep Norman Dodl ini berkaitan dengan kewajiban guru untuk mam-pu menjalankan administrasi sekolah dengan baik, sehingga administrasi se-kolah tidak melulu tertumpu pada kepala sekolah dan tata usaha. Peran guru di sini dimaksudkan untuk lebih memahami siswa tidak hanya dari hasil tatap muka saja akan tetapi menyangkut segala hal yang berkaitan dengan siswa.
Lebih jauh Usman (1999: 12) mengungkapkan peran guru sebagai ad-ministrator adalah sebagai berikut: (a) pengambil inisistif, pengarah dan peni-lai kegiatan-kegiatan pendidikan, (b) wakil masyarakat yang berati dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat, (c) orang yang ahli dalam suatu mata pelajaran, (d) penegak disiplin, (e) pelaksana adminis-trasi pendidikan, (f) pemimpin generasi muda, karena ditangan gurulah nasib suatu generasi dimasa mendatang, dan (g) penyampai informasi kepada ma-syarakat tentang perkembangan kemajuan dunia.

5. Guru sebagai Komunikator
Peran guru dalam kegiatan ini menyangkut proses penyampaian infor-
masi baik kepada dirinya sendiri, kepada anak didik, kepada atasan, kepada orang tua murid maupun kepada masyarakat pada umumnya.
Komunikasi pada diri sendiri menyangkut upaya introspeksi agar setiap langkah dan geraknya tidak mengalahi kode etik guru baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar. Komunikasi kepada anak didik merupakan peran yang sangat strategis, karena sepandai apapun seseorang manakala dia tidak mampu berkomunikasi dengan baik pada anak didiknya maka proses belajar mengajar akan kurang optimal. Komunikasi yang edukatif pada anak didik akan mampu menciptakan hubungan yang harmonis. Sedangkan komunikasi kepada atasan, orang tua, dan masyarakat adalah sebagai pertanggungjawab-an moral.

6. Guru Mampu Mengembangkan Keterampilan Diri
Mengembangkan keterampilan diri merupakan suatu tuntutan bahwa se-tiap guru harus mengembangkan keterampilan pribadinya dengan terus mengi-kuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jika tidak demikian ma-ka guru akan ketinggalan jaman dan mungkin pada akhirnya akan sulit mem-bawa dan mengarahkan anak didik kepada masa di mana dia akan menjalani kehidupan.

7. Guru dapat Mengembangkan Potensi Anak
Dalam melakukan kegiatan jenis ini guru harus mengetahui betul poten-si anak didik. Karena berangkat dari potensi itulah guru menyiapkan strategi PBM yang sinerjik dengan potensi anak didik. Faktor ‘the how’ memegang peranan penting dalam upaya mengembangkan potensi anak didik, hal ini di-maksudkan untuk mempersiapkan diri menjadi manusia seutuhnya yang akan mampu membangun dirinya dan masyarakat lingkungannya.
Berkenaan dengan ungkapan di atas, berikut ini adalah peranan yang pa-ling dianggap dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi belajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti mening-katkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sen-diri adalah pelajar. Hal ini berarti bahwa guru harus belajar terus mene-rus. Melalui cara demikian ia dapat memperkaya diri dengan berbagai il-mu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugas sebagai penga-jar dan demonstrator, sehingga ia mampu memerankan apa yang diajar-kannya secara didaktis. Maksudnya ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.
Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, memahami kurikulum, dan ia sendiri sebagai sumber belajar yang terampil dalam memberikan informa-si kepada kelas. Sebagai pengajar ia harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengeta-huan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senan-tiasa belajar dalam berbagi kesempatan. Pengajar yang baik bila ia mengu-asai dan mampu melaksanakan keterampilan-keterampilan mengajar.

b. Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning managers). Guru hendaknya mampu mengelola kelas, karena kelas merupakan lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan harus diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkung-an turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkung-an yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Kualitas dan kuanitas belajar siswa dalam kelas bergantung pada ba-nyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antar siswa dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana dalam kelas.
Tujuan umum mengelola kelas adalah menyediakan dan mengguna-kan fasilitas kelas agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khu-susnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai manajer, guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisiknya, agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya mementingkan siswa belajar,tetapi ju-ga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di kalang-an siswa. Tanggung jawab sebagai manager yang penting bagi guru ada-lah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari kearah self direct behavior.
Salah satu manajemen kelas yang baik ialah menyediakan kesem-patan bagi siswa sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan kepada guru, sehingga mereka mampu membimbing kegiatan sendiri.siswa harus belajar melakukan self control dan self activity melalui proses bertahap. Sebagai manajer lingkungan belajar, guru harus mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan se-hingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.

c. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pema-haman yang cukup mengenai media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar me-ngajar.
Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan alat yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pen-didikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan mengguna-kan, serta mengusahakan media itu dengan baik.
Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan
tujuan, materi, metoda, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
Sebagai mediator guru juga menjadi perantara dalam hubungan an-tar manusia. Untuk itu, guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya ada-lah agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, me-ngembangkan gaya interaksi pribadi, dan menambah hubungan positif de-ngan siswa.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang percapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

d. Guru sebagai Evaluator
Dalam dunia pendidikan, kita ketahui bahwa setiap jenis dan jenjang pendidikan pada waktu-waktu tertentu/periode pendidikan selalu mengada-kan evaluasi, artinya penilaian yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pendidik.
Demikian pula setiap kali proses belajar mengajar, guru hendaknya men-jadi evaluator yang baik. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tuju-an yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang diajar-kan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang diguna-kan sudah cukup tepat.
Penilaian perlu dilakukan, karena melalui penilaian guru dapat menge-tahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan metode mengajar. Tujuan lain penilaian ialah untuk menge-tahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.
Dalam penilaian, guru dapat menetapkan apakah seorang siswa terma-suk dalam kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelas-nya, jika dibandingkan dengan teman-temannya.
Dengan menelaah pencapaian tujuan mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif, cukup membe-rikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Kiranya jelasl bahwa guru harus mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dalam penilaian, guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia mengikuti proses belajar mengajar.
Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar me-ngajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus me-nerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru mempunyai peran-an utama dan sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar menga-jar, karena kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

e. Guru sebagai Pengembang Kurikulum di Sekolah
Untuk memudahkan pembahasan peran guru dalam mengembangkan kurikulum di sekolah. Terlebih dahulu harus dipahami pengertian kurikulum. Dalam pandangan klaksik kurikulum diartikan sebagai sekumpulan mata pe-lajaran yang diberikan anak didik di sekolah (Penix dan Bestor, dalam Ragan dan Shepherd, 1982: 2). Sedangkan dalam pandangan modern kurikulum di-artikan sebagai segala pengalaman belajar yang harus dikuasai anak didik di bawah bimbingan atau tanggungjawab sekolah (Doll, 1974; Tannr & Tanner, 1980; Miller & Saller, 1985).
Berangkat dari pengertian di atas, maka pengertian modern lebih tepat digunakan karena dipandang lebih fleksibel. Kecuali itu proses belajar menga-jar tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran yang diberikan akan tetapi ju-ga menyangkut pengalaman belajar, seperti kebiasaan, moral, sikap, dan lain sebagainya.
Implementasi kurikulum sesungguhnya tejadi pada saat proses belajar mengajar, hal ini bisa kita lihat dalam Miller dan Saller (1985: 13) yang me-ngatakan: “in some, cases, implementation of the curriculumplan, ussualy, but not necessarily, involving, teachingin the sense of student teacher interaction in an educational setting”. Pengetian tersebut memberikan pemahaman bah-wa kurikulum dalam dimensi kegiatan adalah sebagai manifestasi dari upaya untuk mewujudkan kurikulum yang masih dokumen tertulis menjadi aktual dalam serangkaian aktivitas belajar mengajar.
Berangkat dari beberapa pemikiran tersebut, ada beberapa kegiatan gu-ru dalam upaya mengembangkan kurikulum yang berlaku di sekolah, yang meliputi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum.

1) Aktivitas Guru dalam Merencanakan Kurikulum
Pada dasarnya kegiatan merencanakan meliputi: penentuan tujuan pengajaran, menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan metode dan alat pengajaran dan merencanakan penilaian pengajaran (Sudjana, 1989: 31). Dengan demikian kegiatan merencanakan merupakan upaya yang sistematis dalam upaya mencapai tujuan, melalui perencanaan yang diharapkan akan mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif.
Dalam kegiatan perencanaan langkah pertama yang harus ditempuh oleh guru adalah menentukan tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari tujuan yang kongkrit akan dapat dijadikan patokan dalam melakukan lang-kah dan kegiatan yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana melak-sanakanya. Dalam pandangan Zais (1976: 297) ada beberapa istilah yang berkenaan dengan tujuan, antara lain: aim goals dan objective. Pada mate-ri ini yang dimaksud tujuan adalah objective, yaitu tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik, merupakan hasil proses belajar mengajar. Bloom (1954: 18) mengklasifikasikan tujuan tersebut menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Ansary (1988: 95) ada beberapa sumber tujuan pengajar yaitu: kebutuhan anak, kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan filsafat.
Taba (1962: 200-105) memberi beberapa pentujuk tentang cara me-rumuskan tujuan pengajaran yaitu:
(1) Tujan hendaknya mengandung unsure proses dan produk.
(2) Tujuan harus bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk prilaku nyata.
(3) Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tu-juan yang dimaksudkan.
(4) Pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan waktu ralatif lama (tak dapat dicapai dengan segera).
(5) Harus realistis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan belajar atau pe-ngalaman belajar tertentu.
(6) Harus komprehensif, artinya mencakup semua aspek dan tujuan yang ingin dicapai sekolah.
Dalam merencanakan proses pembelajaran maka langkah kedua ada-lah menetapkan bahan pelajaran. Dalam pandangan Ansary (1988: 120) bahan pelajaran mencangkup tiga komponen, yaitu ilmu pengetahuan, pro-ses dan nilai-nilai. Dalam hal ini tiga kompunen tersebut dapat dirinci se-suai dengan tujuan yang ingin dicapai sekolah.
Dalam menentukan bahan pelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah akan tetapi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang serius, karena bahan pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan sosial di samping-perkembanga ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam menentu-kan bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: signifikan-si, kegunaan, minat, dan perkembangan manusiawi (Zais, 1976: 343). Yang harus diperhatikan adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak didik dirancang dan diogarnisir dengan baik. Nasution (1988: 142) mengartikan organisasi kurikulum sebagai pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan pada murid. Sedangkan menurut Ansyar (1988: 122) bahwa “organisasi kurikulum mencangkup urutan, aturan dan integrasi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa guna mencapai tujuan-tujuan.
Sukmadinata (1988: 123) menjelaskan beberapa jenis organisasi ku-rikulum yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yaitu sebagai berikut: (a) organisasi kurikulum berdasarkan atas pelajaran, (b) organisasi kurikulum berdasarkan kebutuhan anak, (c) organisasi kuriku-lum berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Karena itu guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah sudah seharusnya data memilih jenis organisasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Penentuan metode mengajar adalah merupakan langkah ketiga dari tugas guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan me-tode mengajar ini erat dengan hubungannya pemilihan strategi belajar me-ngajar yang paling efektif dan efensien dalam melakukan proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Waridjan dkk. (1984: 32) mengartikan strategi pengajaran sebagai kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar, yang dapat diberikan kemudahan atau fasilitas kepada anak didik menuju tercapainya tujuan pengajaran.
Menurut Sudjana (1989: 57) ada beberapa hal yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan metode mengajar yang akan di-gunakan, yaitu: (a) tujuan pengajaran yang ingin dicapai, (b) bahan pela-jaran yang akan diajarkan, (c) jenis kegiatan belajar anak didik yang dii-nginkan. Ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi, belajar kelompok, dan sebagainya.
Sedangkan langkah ke empat dalam merencanakan pembelajaran adalah merencanakan penilaian pelajaran. Penilaian pada dasarnya adalah suatu proses menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam kon-teks situasi tertentu (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 119). Di sisi lain Hasan (1988: 11) mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan tes dan pengukur-an. Tes merupakan bagian integral dari pengukuran, sedangkan pengukur-an hanya merupakan salah satu langkah yang mungkin digunakan dalam kegiatan penilaian.

2) Aktivitas Guru dalam Melaksanakan Kurikulum.
Melaksanakan kurikulum adalah merupakan kegiatan inti dari pro-ses perencanaan, karena tidak akan mempunyai makna apa-apa jika ren-cana tersebut tidak dapat direncanakan. Melaksanakan kurikulum yang dimaksudkan dalam studi ini guru mampu mengimpletasikannya dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar pada dasarnya dapat berlangsung di dalam dan di luar sekolah dan di dalam jam pelajaran atau di luar jam pelajaran yang telah dijadwalkan (Depdikbud, 1991: 15).
Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seyogyanya seorang guru memahami langkah-langkah yang harus ditempuh. Apapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses belajar mengajar me-liputi: tahap permulaan, tahap pengajaran dan tahap penilaian serta tindak lanjut (Sudjana, 1989: 68). Tahap permulaan adalah tahap untuk mengkon-disikan siswa agar dapat mengikuti pelajaran secara kondusif, sedangkan tahap pengajaran adalah tahap inti, saat guru berupaya menyampaikan ma-teri pelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam tahap ini, peng-gunaan metode mengajar akan berpengaruh pada pendekatan yang akan dilakukan oleh seorang guru. Misalnya seorang guru ingin mengaktifkan anak atau peran anak menjadi lebih dominan, maka metode CBSA adalah metode yang tepat.

3) Aktivitas Guru dalam Menilai Kurikulum
Pada tahap ini guru melakukan penilaian untuk mengetahui kelebih-an dan kelemahan, sehingga diharapkan dapat ditindaklanjuti menuju per-baikan di masa yang akan datang. Penilaian kurikulum bukanlah suatu pe-kerjaan yang mudah, hal ini didasarkan pada banyaknya aspek yang harus dinilai dan banyaknya pihak yang terkait dalam penilaian. Bahkan ada se-mentara kalangan mengatakan bahwa jika ingin melakukan penilaian ter-hadap kurikulum maka yang pertama harus memahami terlebihdahulu mak-na dari penilaian itu sendiri (Hasan, 1998).
Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah harus senantiasa melakukan evaluasi atau penilaian kurikulum secara kontinyu dan kompre-henship. Penilaian terhadap kurikulum sesungguhnya sangat luas, oleh karena itu untuk dapat melakukan penilaian secara akurat terlebih dahulu harus dipahami pengertian kurikulum yang dianutnya, sebab penilaian terhadap kurikulum berarti menyangkut kurikulum sebagai ide, kuriku-lum sebagai rencana, kurikulum sebagai hasil, kurikulum sebagai proses, dan kurikulum sebagai hasil dan lain sebagainya.
Berkenaan dengan kemampuan guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah, mka sangatlah relevan uraian-uraian yang dikemukakan di atas. Dikatakan demikian, karena dalam melaksanakan tugasnya seorang guru dituntut mampu melaksakan aktivitasnya mulai dari merencanakan kuri-kulum, melaksanakan kurikulum, dan mampu menilai kurikulum tersebut, sehingga guru dituntut mampu mengaktualisasikan dirinya dengan seopti-mal mungkin.

C. Kinerja Guru
Berdasarkan uraian tentang kompetensi dan peranan guru, tentu dapat diidentifikasi kinerja ideal seorang guru dalam melaksanakan peran dan tugas-nya. Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja dapat pula diarti-kan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. (LAN, 1992). Menurut August W. Smith, Kinerja adalah performance is output derives from processes, human otherwise, artinya kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ki-nerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan ori-entasi prestasi. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ability, capacity, held, incentive, environment dan validity (Noto Atmojo, 1992).
Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dapat dilihat dari empat hal, yaitu:
1. Quality of work – kualitas hasil kerja
2. Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan
3. Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan
4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan
5. Comunication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.
Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam menga-dakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang di-harapkan. Standar kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan pertang-gungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan.
Menurut Ivancevich (1996), patokan tersebut meliputi: (1) hasil, menga-cu pada ukuran output utama organisasi; (2) efisiensi, mengacu pada penggu-naan sumber daya langka oleh organisasi; (3) kepuasan, mengacu pada keber-hasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya; dan (4) keadaptasian, mengacu pada ukuran tanggapan organisasi terhadap perubahan.
Berkenaan dengan standar kinerja guru Piet A. Sahertian dalam Kusmi-anto (1997: 49) bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman bela-jar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru.
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimak-sud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

PENGARUH PERGERAKAN PEMBAHARUAN MUHAMMADIYAH DALAM ISLAM

PENGARUH PERGERAKAN
PEMBAHARUAN MUHAMMADIYAH DALAM ISLAM
Oleh : Peserta Muktamar Malang

A. Pendahuluan
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang Kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaharu, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam.
Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharuan Islam, bukannya Islam yang diperbaharui, akan tetapi umat Islam yang didalam menjalankan praktek ibadah masih berbau animisme dan dinamisme, sehingga ajaran Islam dikotori dengan praktek-praktek Bid’ah, khurafat, dan tahayul yang bisa menjerumuskan umat Islam. Oleh karenanya Muhammadiyah sebagai persyarikatan pembaharuan Islam berupaya untuk menegakkan dan menunjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, jauh dari praktek tahayul, bid’ah dan khurafat.

B. Permasalahan
A. Apa yang melatar belakangi berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah?
B. Bagaimana Maksud dan Tujuan Muhammadiyah ?
C. Bagaimana Pengaruh Pergerakan pembaharuan Muhammadiyah dalam Islam ?
D. Apa dan bagaimana lambang Muhammadiyah?

C. Tujuan Pembahasan
A. Untuk mengetahui belakangi berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah
B. Untuk mengetahui Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
C. Untuk Mengetahui Pengaruh Pergerakan pembaharuan Muhammadiyah dalam Islam
D. Untuk mengetahui makna lambang Muhammadiyah





D. Pembahasan
1. Latar Belakangi Berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah
Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:
a) Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;
b) Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
c) Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;
d) Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;
e) dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat (Junus Salam, 1968: 33).
Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar.

2. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah ?
Segala sesuatu yang dikerjakan oleh Muhammadiyah didahului dengan adanya maksud dan tujuan tertentu, dengan maksud dan tujuan itu pula akan mengarahkan gerak perjuangan, menentukan besar-kecilnya kegiatan, serta macam-macam amal usaha Muhammadiyah. Berikut ini perlu dijalaskan sejarah perumusan serta pengertian yang terkandung didalamnya.
Didalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab. III Pasal 6 disana dijelaskan bahwa: Maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah ialah : Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagaimana telah dirumuskan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Menegakkan, Berarti membuat dan mengupayakan agar tetap tegak dan tidak condong, apalagi roboh, semua itu dapat terealisasi manakala sesuatu yang ditegakkan tersebut dipegang erat-erat, dipertahankan, dibela, serta diperjuangkannya dengan penuh konsekwen.
b) Menunjung tinggi, berarti membawa atau menjunjung diatas segala-galanya, mengindahkan, serta menghormati.
c) Agama Islam, yaitu agama Allah yang diwahyukan kepada RasulNya, sejak Nabi Adam AS. Sampai Nabi Muhammad SAW. Sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang zaman, serta menjamin kesejahteraan yang haqiqi duniawi mauoun ukhrawi.
d) Terwujud, Berarti menjadi suatu kenyataan akan adanya atau akan wujudnya.
e) Masyarakat Islam, yaitu masyarakat yang senantiasa mengejar keutamaan dan kemaslahatan untuk kepentingan hidup umat manusia, masyarakat yang selalu bersikap takdim terhadap Allah SWT, mengindahkan dengan penuh keikhlasan terhadap ajaran-ajaranNya, serta menarih hormat terhadap sesama selaku makhluk Allah yang memiliki martabat ahsanu taqwim ( sebaik-baik ciptaan).
f) Sebenar-benarnya, artinya sesuai dengan tata aturan yang telah dicontohkan terdahulu (dari Nabi Muhammad SAW), Murni, tidak bercampur dengan ajaran lain.

3. Pengaruh Pergerakan Pembaharuan Muhammadiyah dalam Islam?
Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya terpanggil untuk mengubah keadaan dengan melakukan gerakan pembaruan. Untuk memberikan gambaran lebih lengkap mengenai latarbelakang dan dampak dari kelahiran gerakan Muhammadiyah di Indonesia, dan sejak itulah Muhammadiyah adalah satu-satunya yang berani mengadakan pembaharuan Islam yang kuat dan tangguh. di asia tenggara.
Dengan beratus-ratus cabang di seluruh kepulauan dan berjuta-juta anggota yang tersebar di seluruh negeri, Muhammadiyah memang merupakan pergerakan Islam yang terkuat yang pernah ada di Asia Tenggara. Sebagai pergerakan yang memajukan ajaran Islam yang murni, Muhammadiyah juga telah memberikan sumbangan yang besar di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Klinik-klinik perawatan kesehatan, rumah-rumah piatu, panti asuhan, di samping beberapa ribu sekolah menjadikan Muhammadiyah sebagai lembaga non-Kristen dalam bidang kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan swasta yang utama di Indonesia. ‘Aisyiah, organisasi wanitanya, mungkin merupakan pergerakan wanita Islam yang terbesar di dunia. Pendek kata Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang utama dan terkuat di negara terbesar kelima di dunia.”
Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologis sekaligus memiliki konteks dengan keadaan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran yang aseli yakni Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan.
Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan peran kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai Dahlan sebagai “washilah” (alat, instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam.
Mem-format gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah, juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagmaan yang selama ini melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi fa huwâ wâjib”, bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis sebagaimana tercermin dalam pemaknaan /penafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104, yang memerintahkan adanya “sekelompok orang untuk mengajak kepada Islam, menyuruh pada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang munkar”. Ayat Al-Qur‘an tersebut di kemudian hari bahkan dikenal sebagai ”ayat” Muhammadiyah.
Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104 tersebut ingin menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi” yang mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar Islam yang murni, tetapi tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni itu sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan “emanisipasi” atau “liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia
Diantara pengaruh pergerakan pembaharuan Muhammadiyah dalam Islam, diwujudkan dalam bentuk amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah, yang meliputi:
1. Bidang Keagamaan.
Muhammadiyah dalam pergerakan pembaharuan Islam, mempunyai andil cukup besar dibidang keagamaan. Seperti:
a) Majlis Tabligh Muhammadiyah senantiasa menekankan agar tegaknya Islam yang benar sesuai yang dicontohkan nabi Muhammad SAW, , tidak dirusak oleh berbagai macam bid’ah, khurafat, dan tahayul yang dapat mengkikis nilai-nilai Islam itu sendiri.
b) Majlis Tarjih, suatu lembaga yang menghimpun ulama-ulamak Muhammadiyah dari berbagai disiplin ilmu, yang selalu bermusyawarah dan memberikan fatwa terhadap hal-hal yang acktual ditengah-tengah masyarakat. Seperti tuntunan hidup keluarga sejahtera, dan memberikan tuntunan untuk dipedomani dibidang ubudiyah, mu’amalah dan persoalan yang menyangkut kemasyarakatan lainnya.
c) Terbentuknya Departemen Agama, tidak terlepas dari kepeloporan Pimpinan Muhammadiyah, dan Menteri Agama Pertama kali dari Kalangan Pimpinan Muhammadiyah Yakni. Prof. Dr. H.M. Rosyidi. Dan sekarang bangsa Indonesia menikmatinya.
2. Bidang Pendidikan
Salah satu sebab Muhammadiyah didirikan karena lembaga pendidikan di Indonesia sudah tidak memenuhi kebutuhan dan tuntutan zaman, tidak saja isi dan metode pengajarannya yang tidak sesuai, bahkan sitem pendidikannya harus dirombak secara mendasar. Sehingga tidak ada pemisahan antara pelajaran umum dengan pelajaran agama. Dan baru saja tokoh besar Muhammadiyah Prof. Dr. Amin Rais, Tokoh Muhammadiyah yang memberikan sumbangsih besar terhadap lahirnya Undang-undang tentang Guru dan Dosen. Tidak itu saja terdapat ribuan Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada diseluruh pelaosok tanah air, sejak dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi.
3. Bidang Kemasyarakatan
Bidang Kemasyarakatan, sumbangsih dan pengaruhnya cukup besar bagi negara Indonesia yang nota bone mayoritas beragama Islam, yakni dengan banyak berdiri Rumah-rumah sakit modern, lengkap dengan peralatan canggih dan tenaga ahli serta apoteknya. Mendirikan panti asuhan yatim, panti jompo, pondok pesantren, mendirikan perusahaan, percetakan buku, majalah, dll

4. Bidang Politik Kenegaraan
Muhammadiyah menentang penjajahan, penjajah kolonial belanda, jepang hengkang dari Nagara republik Indonesia, tidak terlepas dari perjuangan Tokoh-tokoh Muhammadiyah, seperti Jenderal Besar Sudirman, Ir. Soekarno (presiden RI pertama) dan masih banyak lagi, dan Muhammadiyah bukan organisasi politik, namun tidak buta politik, ahli-ahli atau tokoh-tokoh politik Muhammadiyah yang menyebar di semua Partai Politik sebatas hanyalah penyampai aspirasi rakyat amar ma’ruf nahi mungkar.

5. Lambang Muhammadiyah
a. Bentuk Lambang
Lambang Persyarikatan berbentuk Matahari yang memancarkan 12 (dua belas) sinar yang mengarah keseluruh penjuru, dengan sinar berwarna putih bersih bercahaya, ditengah-tengah matahari ada tulisan dengan huruf arab Muhamadiyah pada lingkaran yang mengelilingi tulisan berhuruf arab berupa kalimah syahadatain, seluruh gambar matahari dengan atribut berwarna putih dan terletak diatas warna dasar hijau daun.
b. Maksud Lambang
Matahari merupakan salah satu planet ciptaan Allah, dalam sistim tata surya matahari menempati poros sentral (heliosentris) yaitu menjadi titik pusat dari semua planet lain. Matahari merupakan benda langit yang dari padanya memiliki kekuatan memancarkan sinar, panasnya yang sangat berguna bagi semua makhluk hidup yang ada di bumi. Tanpa panas matahari bumi akan membeku dan gelap gulita, sehingga semua makhluk hidup tidak mungkin dapat meneruskan kehidupannya.
Tulisan Muhammadiyah menggambarkan jati diri, gerak serta manfaatnya sebagaimana matahari, kalau matahari menjadi penyebab lahiriyah berlangsungnya kehidupan secara biologis bagi seluruh mahkluk hidup yang ada di bumi, maka Muhammadiyah pun akan menjadi penyebab lahiriyah berlangsungnya kehidupan secara spiritual, ruhaniyah, bagi semua yang menerima pancaran yang berupa ajaran Islam yang berintikan kalimah syahadatain.
Dua belas sinar yang memancar keseluruh penjurui mengibaratkan tekad dan semangat warga Muhammadiyah dalam memperjuangkan Islam.
Warna putih melambangkan kesucian, kemurnian ajaran Islam, warna dasar hijau menggambarkan kedamaian dan kesejahteraan, muhammadiyah bermaksud akan mensejahterakan umat dari dunia da akherat.
6. Penutup.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam amar ma’ruf nahi mungkar, dalam gerakannya berbentuk pembaharuan/tajdid dibidang keagamaan, sosial kemasyarakatan, kehadiran gerakan pembaharuan Muhammadiyah mampu menyumbangkan pengaruh positif bagi bangsa dan negara, terutama dibidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, politik.

7. Daftar Pustaka
Rosyidi Syahlan, Kemuhammadiyahan untuk perguruan tinggi, (1982, Mutiara, Solo)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Berita Resmi Muhammadiyah, (No.10/1995-2000)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Berita Resmi Muhammadiyah, (No.02/1995-2000)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Berita Resmi Muhammadiyah, (No.04/1995-2000)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ke Muhammadiyahan Untuk Sekolah Menengah, (2002, Majlis Dikdasmen)