Sabtu, 07 Januari 2012

Shalat metode psikoterapi sufistik

pebelajaran tasawuf
Dalam psikoterapi sufistik, pengajaran dan bimbingan rohani menuju Allah SWT, adalah suatu proses yang istiqomah. Sebelum seorang sufi menyibukkan dirinya dengan ibadah, dia harus melalui proses :
1. Maqamat (station)
2. Al-ahwal (pengkondisisan).
Proses perjalanan sufi tersebut adalah taqarrub dan zikkrullah yang akan menaikkannya ke puncak ma’rifatullah untuk mencapai tahap kebahagiaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam salah satu hadits Nabi disebutkan “asholatu imanuddin“, sholat itu adalah tiang agama, orang yang sholat adalah yang menghidupkan agama dan orang yang tidak sholat adalah yang mematikan agama Shalat merupakan ibadah yang dahsyat sekali. Ia dapat menenteramkan hati yang gelisah, memelihara kesehatan jasmani dan rohani, menyelamatkan dunia dan akhirat, dan sebagainya. Kalo shalat dilakukan dg khusuk.
Qiyamul lail dengan teknik muraqqabah (meditasi) mampu mengeluarkan energi negatif dan mampu mengusir pengaruh vibrasi setan dan getaran nafsu tubuh, Shalat Lail dan Dzikir lail merupakan olah Rohani yang luar biasa manfaatnya selain hati menjadi tenang, tentram fikiran dan nafsu mampu terkendalikan
Rahasia shalat 5 waktu sehari semalam, sunggung mencengangkan kalu mengetahui rahasia dibalik waktu dan gerakan shalat yang selama ini dilakukan. Orang non islam malah terlebih dahulu menemukan rahasia dibalik waktu dan gerakan shalat, sebut saja Orang China, dalam kitab China kuno dijelaskan “periode alam semesta dalam 24 jam ini rupanya terjadi beberapa pentahapan dan energi positif yang bermanfaat bagi manusia.
1. Energi api akan keluar pada waktu jam 12.00 siang 2. Energi air yang keluar pada waktu jam 6 sore. 3. Energi kayu yang keluar jam 12 malam sampai jam 2 dini hari. 4. Energi udara keluar pada jam 02 sampai Jam 08 pagi. 5. Energi logam keluar jam 06 pagi sampai jam 9
Allah telah menetapkan waktu-waktu shalat tentu ada manfaatnya bagi manusia, Dalam buku China itu terjawab ada hubungan antara manusia dengan alam di sekitar, dan melalui waktu sholat terbukti bahwa energi alam dengan manusia terjadi sirkulasi yang amat seimbang.
KENAPA 5 WAKTU SEHARI SEMALAM
1. Ada energi api akan keluar pada waktu jam 12.00 siang sampai sore, untuk mengobati jantung dan ginjal itu
2. Dalam gerakan sholat ashar adalah siklus dari panas ke dinginmereka menyebutnya terapi kandung kemih. Secara alamiah gerakan ashar ituternyata memisahkan zat-zat kimia dalam tubuh kita
3. Ada energi air yang keluar pada waktu jam 6 sore setelah terbenamnya matahari yang mereka menyebutnya bahwa maghrib itu menterapi ginjal.
1. Gerakan isya yaitu setelah mega merah hilang, ini mereka menyebutnya sebagai terapi yang mengurangi kelebihan energi. Ada energi kayu yang keluar pada waktu jam 11 malam, dia Yang menghancurkan racun-racun yang ada dibadan kita, dan menurut ilmuwan Cina racun itu bakar kayu untuk membuangracun di otak
5. Kemudian jam 02 pagi otak dibersihkan oleh energi kayu, dan selanjutnya Allah menyediakandan mengisinya untuk sholat tahajud pada waktu sepertiga malam
Ilmuwan di Jerman melakukan penelitian Prof. Dr. Sholeh seorang guru besar Universitas Airlangga, telah membuktikan bahwa tahajud yang teratur dan disiplin akan mencegah kanker, stres dan infeksi oleh sebab itu jika orang melakukan dengan teratur memiliki emosi yang positif.
Dan Energi udara keluar pada jam 02 sampai Jam 03 pagi energi logam yang menterapi kita. Dan Jam 06 pagi melakukan sholat dhuha untuk menterapi pencernaan.
Shalat lail dan shalat subuh
1. Menormalkan Syaraf
2. Penyeimbang Hormon
3. Sel trombosit bertambah
4. Menyehatkan organ seluruh tubuh
Dalam gerakan sholat para ilmuwan Cina bahwa 9 (sembilan) gerakan sholat, atau disebut dengan gerakan suprayoga karena energi itu akan masuk ke syaraf ditangan dan cara yang paling tepat untuk menangkap energi itu karena kita takbir waktu engawali sholat, takbir waktu bangun dari ruku di situlah energi masuk.
Salat adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khastubuh) seorang muslim. Dari kajian ilmiah bahwa salat merupakan gudang obat bagi berbagai jenis penyakit!
TAKBIRATUL IHRAM
Postur:
berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat:
Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dankekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalirlancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehinggaaliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan didepan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas
RUKUK
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila di letakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurusdengan tulang belakang.
Manfaat:
Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang(corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat sy saraf. Posisi jantung sejajardengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. tangan yangbertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah, & latihankemih untuk mencegah gangguan prostat
I'TIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat keduatangan setinggi telinga
Manfaat:
i'tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerakberdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organpencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian.Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar

SUJUD
Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dandahi pada lantai.
Manfaat:
Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantungdi atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliranini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengantuma'ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujudmemiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan
DUDUK
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Manfaat:
Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan.
Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria(prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, postur ini mencegah impotensi.
Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruhotot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonisinilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita
SALAM
Postur: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat:
Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darahdi kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah. Sebagai ibadah sosial tengok kanan dan kiri
BERIBADAH
secara, kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi memper- cantik diri wanita, tampan bagi lelaki baik luar maupun dalam.

PACU KECERDASAN
Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri.
Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh darisudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusiapada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatihuntuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di ataskepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otakmendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengankata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.
PERINDAH POSTUR
Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching). Intinyauntuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah.
Keunggulan shalatdibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak,termasuk jari kaki dan tangan.Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saatsujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan.Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. **** tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi jugamemperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
MUDAHKAN PERSALINAN
Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pingguldan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominisdan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh.
Kondisi ini melatih organ disekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yangmencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis.Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi)
PERBAIKI KESUBURAN
Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk,yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir).Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.
AWET MUDA
Pada dasarnya, seluruh gerakan salat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuhlentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, makasel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancar.Alhasil, tubuh senantiasa bugar.Gerakan terakhir, yaitu salam dan menengok ke kiri dan kanan punya pengaruhbesar pada kekencangan. kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah danleher. Yang tak kalah pentingnya, gerakan ini menghindarkan wanita dari seranganmigrain dan sakit kepala lainnya
Beberapa seminar di Timur Tengah yang membahas kaitan antara shalat dan kesehatan berkesimpulan bahwa, ternyata rutinitas shalat yang baik tidak hanya bernilai ibadah dan ruhani –menggugurkan kewajiban, lalu mendapat pahala, menenangkan jiwa dan menghilangkan stress, faedahnya:
1. shalat bisa mencegah serangan jantung
2. menghindarkan pendarahan otak
3. membantu kinerja paru-paru
4. memompa efektivitas sistem kerja ginjal
5. shalat juga berguna menguatkan otot-otot tubuh dan sendi
6. membantu relaksasi
7. meningkatkan kelenturan
8. memperlancar peredaran darah, sehingga fungsi organ
Wudlu dan Kesehatan
Begitu air dingin membasuh anggota wudlu, maka secara otomatis pembuluh darah bereaksi untuk bekerja lebih cepat dan gesit mengalirkan darah ke seluruh tubuh sebagai reaksi alami menormalisasi suhu tubuh,
akibat bertemunya suhu panas dalam tubuh dengan dinginnya guyuran air wudlu. Saat itu juga darah mengalir ke daerah seputar wajah, kedua tangan dan tepak kaki dengan sangat lancar.
tubuh berjalan baik.
Ketika aliran darah mengalir ke seluruh tubuh, termasuk pada bagian kulit, maka kelenjar peluh langsung bekerja menyedot darah-darah kotor dan membuangnya keluar tubuh melalui bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar kulit. Begitu darah kotor itu keluar, walau tidak kasat mata, maka langsung disapu air wudlu –inilah mungkin rahasianya kenapa kita disunahkan membasuh tiga kali pada setiap anggota wudlu. Dampaknya kulit sekitar wajah dan lainnya nampak cantik dan putih berseri sehingga penuaan dini bisa terhindarkan.
Biasanya, proses penyaringan dan pembuangan darah-darah kotor dilakukan oleh ginjal, kemudian dibuang bersamaan dengan air seni. Namun ketika seseorang melakukan wudlu, darah-darah kotor itu tertarik dan terkonsentrasi pada sekitar anggota-anggota wudlu yang sudah dibasuh dan kemudian disapu bersih oleh air wudlu berikutnya –basuhan kedua dan ketiga. Artinya, berwudlu ternyata mengurangi sedikit beban berat kerja ginjal dan dampaknya bisa meminimalisir kemungkinan terkena risiko sakit ginjal.
Salah tugas jantung yang paling berat adalah memompa darah supaya mengalir menuju wajah, telapak tangan, dan kaki. Kenapa?
Karena posisi ketiga anggota tubuh tersebut jauh dari posisi jantung –yang berada di rongga dada. Begitu tersentuh air wudlu yang dingin, maka jantung langsung bereaksi dan kemudian memompa darah dengan kuat menuju tiga anggota badan yang berjauhan itu.
Dengan demikian wudlu juga membantu meringankan beban berat kerja jantung. Akhirnya risiko terkena serangan jantung pun relatif bisa terhindarkan
Wudlu dengan air dingin, juga membantu merangsang dan mengefektifkan sistem kerja syaraf. Rangsangan tadi, akan berdampak positif pada kinerja syaraf pusat yang berada di otak.
Dengan demikian faedah lain dari wudlu adalah sanggup mengurangi ketegangan jiwa, stress, mengurangi rasa sedih, rasa khawatir dan rasa marah. Faedah inilah mungkin yang menjelaskan kenapa Rasulullah Saw, selalu menganjurkan kita untuk segera berwudlu ketika kita sedang emosi,
GEMAR SHALAT DENGAN KHUSUK DAN SABAR SELAIN PERWUJUAN DARI IBAADAH DAN MEMBUAT BADAN SEHAT FIKIRAN CEMERLANG

TUGAS MATAKULIAH TASAWUF PEMBAGIAN TASAWUF DAN TOKOH-TOKOHNYA

TUGAS MATAKULIAH
TASAWUF
PEMBAGIAN TASAWUF DAN TOKOH-TOKOHNYA

DOSEN PEMBIMBING : Drs. HAMDANI, M.Pd.I
KELOMPOK 3 :
1. ANIS NUR LAILY
2. YULI MUYASAROH
3. RIRIN MUZDALIFAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG 2011




BAB I
PENDAHULUAN


1. LATAR BELAKANG
Tasawuf memiliki berbagai macam pembagian menurut para ahli. Ada yang membagi menurut periode atau massa, ada pula pula pembagian menurut ajaran yang diberikan. Pada makalah ini akan di bahas pembagian menurut kedua hal tersebut beserta tokoh-tokohnya.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana pembagian tasawuf menurut periode waktunya?
b. Bagaimana pembagian tasawuf menurut isi ajarannya?
c. Siapa saja tokoh-tokoh tasawuf ?

3. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Mengetahui pembagian tasawuf menurut periode waktunya
b. Mengetahui pembagian tasawuf menurut isi ajarannya.
c. Mengetahui tokoh-tokoh tasawuf.

BAB II
PEMBAHASAN


1. Pembagian tasawuf menurut periode
a. Masa pembentukan
Masa ini terjadi pada abad 1 dan 2 Hijriah. Pada masa ini tasawuf memiliki ciri-ciri :
- Menjauhkan diri dari dunia
- Mativasi utama adalah takut di susul cinta pada Allah
- Pada abad ke 2, Rabiah al Adawiyah membuat analisis yang merupakan cikal bakal para filosof pada abad ke 3 dan 4 H.
b. Masa pengembangan
Masa ini terjadi pada abad ke 3 dan 4 Hijriah, ajaran fana mulai diperbincangkan, ajaran wahdat al wujud. Menurut Abu Al Wafa, tasawuf abad ke 3 dan 4 Hijriah ini ada dua aliran :
Pertama : aliran Salafi, bentuk tasawufnya dipagari dengan bersumber Al
Qur’an dan Al Hadist saja.
Kedua : aliran tasawuf semi falsafi, dimana pengikutnya cenderung
pada ungkapan ganji l(syatahiyat) serta bertolak dari keadaan
fana menuju penyatuan (hulul).
c. Masa konsolidasi
Masa ini terjadi sekitar abad ke 5-6 Hijriah. Pada masa ini terjadi pertentangan antara tasawuf semi falsafi dan tasawuf sunni. Dimenangkan oleh tasawuf sunni. Di masa ini tasawuf falsafi tenggelam kemudian muncul lagi pada abad 6 Hijriah.
Tasawuf Al Ghazali yang berdasarkan ahlussunah wal jamaah sangat populer sehingga mempengaruhi filosof islam syiah, ikhwanu sofa dan sebagainya. Ajaran tasawuf ini Al Ghazali ini mengutamakan pendidikan moral (tasawuf akhlaki). Hal ini dapat terlihat dalam kitab Ihya Ulumuddin.


d. Masa falsafi
Masa ini terjadi pada abad ke 6 Hijriah. Pada masa ini ajaran tasawuf bercampur dengan filsafat. Akibatnya ajaran tasawuf bercampur dengan filsafat Yunani, Persia, India, Nasrani walaupun ajaran tasawufnya tidak hilang.
e. Masa kemurnian
Keruntuhan tasawuf mulai timbul akibat legenda tentang keajaiban dihubungkan dengan tokoh-tokoh tertentu, amalan, azimat dan lain-lain. Kemudian muncul Ibnu Taimiyah yang dengan tegas menolak khurafat dan bentuk-bentuk bid’ah. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa wali Allah adalah yang berlaku sholeh dan konsisten dengan syariat.
2. Pembagian tasawuf menurut isi ajarannya
a. Tasawuf Akhlaki
Ajaran Tasawuf Akhlaki ini adalah ajaran yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang di formulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat, guna mencapai kebahagiaan yang optimal. Tokoh tasawuf akhlaki ini adalah, Hasan Al Basri, Al Muhasibi, Al Qusyairi, Al Ghazali.
b. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi yaitu tasawuf yang ajarannya memadukan antara visi intuitif dan visi rasional. Dalam upaya mengungkapkan penglaman rohaninya, para para sufi falsafi sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang samar-samar yang dikenal dengan syathahat yaitu suatu ungkapan yang sulit di pahami, yang sering mengakibatkan kesalhpahaman pihak luar dan menimbulkan tragedy. Tokoh tasawuf ini antara lain, Abu Yazid Al Bustami, Al Hallaj, Ibnu Arabi, Ibnu Masarra, Al Jilli, Ibnu Sab’in, Suhrawardi al Maqtul dan Mulla Sadra.

c. Tasawuf Amali
Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Tasawuf Amali berkonotasi dengan tarekat. Tokoh tasawuf ini antara lain, Rabiah Al Adawiyah dan Dzun Nun Al Misri.

3. Tokoh-tokoh filsafat
a. Hasan Basri (L. 21 H, w,. 110 H)
b. Rabiah Al Adawiyah (w. 185H )
c. Al Muhasibi (165 H -243)
d. Abu Yazid Al Bistami (L. 261 H)
e. Al Qusyairi (376 H-465 H)
f. Syaikh Abdul Qodir al Jaelani (470H -561H)
g. Ibnu Arabi (L. 560 H)

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pembagian tasawuf menurut periode
a. Masa pembentukan
b. Masa pengembangan
c. Masa konsolidasi
d. Masa falsafi
e. Masa kemurnian

2. Pembagian tasawuf menurut isi ajarannya
a. Tasawuf Akhlaki
b. Tasawuf Falsafi
c. Tasawuf Amali

3. Tokoh-tokoh filsafat
a. Hasan Basri (L. 21 H, w,. 110 H)
b. Rabiah Al Adawiyah (w. 185H )
c. Al Muhasibi (165 H -243)
d. Abu Yazid Al Bistami (L. 261 H)
e. Al Qusyairi (376 H-465 H)
f. Syaikh Abdul Qodir al Jaelani (470H -561H)
g. Ibnu Arabi (L. 560 H)

MAKALAH METODE SUFISTIK

MAKALAH
METODE SUFISTIK
DIKERJAKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEMBELAJARAN TASAWUF
DOSEN PENGAMPU : HAMDANI. M.Pd.I




Oleh Kelompok 1 :
1. Imam Agus Taufiq
2. Abnaul Kirom


STAI MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG




METODE SUFISTIK
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa arab: تصوف , ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran dalam Sufi) sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang Islam yang lain, atau kombinasi dari beberapa tradisi. Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia.
Bagi orang yang belum mengenal apa itu Ilmu Tasawwuf atau Sufi tentu akan merasa asing untuk keduanya, karena tidak tahu orang cendrung untuk menjauhi atau enggan untuk mempelajarinya bahkan sampai mengejeknya. Hal ini serupa dengan awal kedatangan Islam tempo dulu, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.: “Permulaan Islam ini asing, dan akan kembali asing pula, maka gembiralah orang-orang yang dianggap asing (orang-orang Islam).” HR. Muslim dari Abi Hurairah.
Kaum Sufi bukanlah sekelompok aliran bid’ah yang ajarannya masih saja diperdebatkan, namun dalam memahami Ilmu kesufian hati perlu benar-benar bersih dan jeli untuk menangkap doktrin-doktrin yang diajarkan dalam sufi itu sendiri dengan catatan tidak melenceng dari Islam. Tanpa didampingi ilmu sebagai manusia terlalu gampang untuk mencoreng, mencela dan berprasangka buruk terhadap sesama. Dalam sebuah hadits Nabi Saw.: “Hati-hatilah kalian terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu merupakan perkataan yang paling dusta.” HR. Bukhari & Muslim.
Bagi sufi , khususnya yang belakangan , mereka memiliki metode tersendiri
tentang agama ini dan ibadah yang menyelisihi metode para salaf (umat Islam
terdahulu : Nabi Shallalahu alaihi wa sallam, shahabat , tabiin , tabiit
tabiin dan yang mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya ikutan). Mereka jauh
dari Al Qur’an dan As-Sunnah. diantra mereka ada yang membangun agama dan
peribadatan mereka berdasarkan rumus-rumus dan istilah-istilah yang made in
mereka.

PEMBAHASAN
1. A. Metode Sufistik
Muraqabah adalah meditasi. Meditasi adalah konsentrasi dan fokus. Meditasi adalah meminta dan mencari jalan untuk mencapai apa yang Anda cari. MEDITASI SUFI adalah tingkat terakhir, titik akhir dari spiritualitas yang mampu kita capai. Meditasi bukannya duduk di atas kaki Anda, bersila, memejamkan mata sambil berpikir bahwa Anda telah mencapai apa yang sedang Anda cari. Hal tersebut hanyalah imitasi, bukan meditasi sebenarnya. Meditasi bukanlah bagi pemula. Ini merupakan tingkat akhir pagi para darwish dalam Thareqat ini, tingkat tertinggi bagi amalan Sufi. Meditasi bukan untuk semua orang. Pertama-tama para pemula harus di persiapkan dan di latih melalui latihan-latihan spiritual lain yang mengarah pada perkembangan dari berbagai karakteristik yang diperlukan untuk mencapai tingkatan meditasi. Dia harus belajar tata cara dan menguasai metode sufisme untuk mencapai titik itu. Dia harus di latih. Latihan ini amat penting, karena meditasi meminta Anda untuk menghentikan berbagai perasaan dan keinginan. Anda harus menghilangkannya untuk menyiapkan diri, bahkan pada tahap awal meditasi. Diri Anda dipenuhi dengan berbagai hal yang tidak manfaat dan ini harus disucikan, juga belajar untuk mengendalikan berbagai pikiran dan perasaan sebelum pelaksanaan meditasi Sufi Anda berhasil. Meditasi Sufi adalah sebuah ‘koneksi atau hubungan’, dan fisik Anda harus mampu membawa ‘koneksi’ ini. Jika melakukan meditasi namun Anda masih di bawah kontrol nafsu-nafsu, maka meditasi Anda tidak akan berhasil. Mungkin Anda mengira sedang bermeditasi, namun sebenarnya hanya menipu diri sendiri. Anda tidak akan berhasil dalam disiplin ini tanpa mulai dengan penyucian diri dan belajar bagaimana menghentikan gangguan-gangguan tersebut. Dalam meditasi Sufi, Anda harus melepaskan segala keinginan-keinginan selain cinta pada dia yang sedang menjadi tujuan meditasi Anda. Lenyapkan segala nafsu keinginan kecuali cinta pada yang dituju. Jika tersisa keinginan lain, maka meditasi Anda tak membuahkan apapun. Mungkin Anda menyatakan kalau Anda mempraktekkan meditasi namun hal itu tidak berdasar. Laksana sebuah sungai mengalir ke samudra, setelah sampai maka merekapun menyatu, maka demikian pula halnya dengan jalan meditasi Sufi yang mengarahkan para pencari pada kefanaan di dalam apa yang sedang dia cari. Bagaimanapun, para pencari harus mempertahankan pikiran tunggal untuk mencapai tujuan akhirnya. Hanya jika dia berkemauan dan mampu meninggalkan segala hal dan kembali ke dalam dirinya dengan perhatian tak terbagi, maka dia mampu menjelajahi jalur ini sampai akhir. Jika berhasil, baru dia akan menemukan apa yang di carinya.[1]
Sebagaimana yang telah kami paparkan pada pendahuluan bahwa Bagi sufi , khususnya yang belakangan , mereka memiliki metode TERSENDIRI
tentang agama ini dan ibadah yang menyelisihi metode para salaf (umat Islam
terdahulu : Nabi Shallalahu alaihi wa sallam, shahabat , tabiin , tabiit
tabiin dan yang mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya ikutan). Mereka jauh
dari Al Qur’an dan As-Sunnah. dinatra mereka ada yang membangun agama dan
peribadatan mereka berdasarkan rumus-rumus dan istilah-istilah yang made ini mereka. Adapun ringkasnya sebagi berikut:
1. Mereka beribadah kepada Allah HANYA sebatas RASA MAHABBAH (cinta) saja.
Mereka meremehkan segi lainnya , seperti KHAUF (takut) dan Roja’ (harapan), sebagaimana sebagian mereka yang berkata : “Saya tidak beribadah kepada Allah untuk mengharapkan syurga-Nya dan takut kepada neraka-Nya” Memang tidak diragukan lagi bahwa ibadah harus dibangun diatas dasar cinta (MAHABBAH) pada Allah , akan tetapi ibadah bukan hanya sebatas hal itu saja, seperti yang mereka kira, bahkan ibadah itu memiliki segi-segi dan jenis SELAIN mahabbah, seperti KHAUF (rasa takut pada Allah), AL KHUDHU’ (rasa rendah dihadapan Allah) dan lain-lain. Ibadah itu sebagimana yang
dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taiymiyah :”Ibadah itu adalah sebuah
nama yang didalamnya terkunpul perkara-perkara yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya , apakah bentuk ucapan, amalan yang dhahir atau yang bathin
(AL Ubudiyah :7). Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Qoyyim :”Beribadah kepada Allah adalah dengan rasa mahabbah yang paling tinggi kepada-Nya. Bersamaan dengan itu
yang beribadah harus merasa DZULL (merasa hina dihadapan Allah) , dan
keduanya adalah 2 kutub. Diatas keduanyalah poros ibadah itu beredar. Terus beredar hingga 2 kutub itu benar-benar tegak”.[2]
Thoriqul Shufiyah (Jalan Sufistik) adalah suatu jalan bagaimana seseorang mencapai hakekat pengetahuan melalui pembersihan nafsu dan hati. Jalan Sufistik tidak bisa ditemui di sekolah atau universitas. Begitu pula, Sufistik tidak menekankan pembelajaran teori-teori, postulat, atau aksioma seperti yang dilakukan pelajar di sekolah atau madrasah. Sebagai gantinya, Sufistik menekankan perilaku yang baik di kehidupan. Manusia yang telah berhasil menjalani Thoriqul Shufiyah disebut Sufi. Kita bisa menemui Bimbingan Jalan Sufistik melalui kelompok Thoriqoh dan sejenisnya. Al-Ghazali menyebut ilmu-ilmu dalam Jalan Sufistik melalui sebutan “Ilmu Mukasyafah” dan “Ilmu Tasawwuf”. Kemudian, cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan itu, beliau menyebutnya dengan istilah “Tazkiyat An-nafs”. Menurut jalan sufistik, ukuran pengetahuan yang reliable dan valid adalah pengetahuan yang berasal dari hati yang bersih. Karena itu, pengetahuan lebih berasal dari intuisi dan perasaan yang mencerminkan subyektivitas sufi daripada pengetahuan rasional dan empiris. Intuisi hadir secara tiba-tiba ke dalam hati, kemudian, memecahkan masalah-masalah. Seperti seseorang yang tiba-tiba mendapatkan Mercedez Tiger untuk mengantarnya ke Istana Negara daripada harus memilih Bus Kota.
Sedangkan, Tazkiyat An-nafs merupakan cara bagaimana seseorang membersihkan jiwa dan hati. Beliau menganalogikan bahwa hati manusia seperti cermin. Jika cermin itu bersih maka dia bisa menerima bayangan gambar secara bagus. Sebaliknya, jika cermin itu kotor maka dia tidak bisa menerima gambar secara bagus dan rinci. Cermin yang kotor seperti hijab yang menutupi gambar yang diterima cermin. Manusia hanya bisa membersihkan cermin itu melalui peningkatan perilaku baik dan mengurangi prilaku buruk. Contoh dari perilaku buruk/jahat, misalnya: “marah”, “iri dan dengki”, mengumbar nafsu seks, dan sejenisnya. Sedangkan contoh dari perilaku baik misalnya: ikhlas, sabar, dzikir, dan sejenisnya.
Ketahuilah bahwa ilmu yang ada dalam hati terkadang diperoleh melalui metode belajar dan pengajuan argumentasi, metode ini ditempuh para ilmuwan. Dan terkadang melalui metode mukasyafah (penyingkapan) dan musyahadah (penyaksian), metode ini ditempuh oleh kaum sufi. Metode kaum sufi sendiri ada dua cara :
Pertama, melalui bisikan dalam hati. Hal ini disisyaratkan dalam sabda Nabi saw,”Sesungguhnya Ruh al-Qudus (Jibril as) telah membisikkan kedalam hatiku,’Cintailah siapa saja yang engkau inginkan kerena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Kerjakanlah apa yang engkau inginkan kerena sesungguhnya engkau akan diberi balasan setimpal atas perkerjaan itu. Dan hiduplah sesukamu karena sesungguhnya engkau akan mati” (Ibnu Al-Jauzi, al-‘Ilal al-Mutanahiyah 2/403).
Kedua, melalui ilham yang baik, yaitu denan cara disingkapkan kepadanya hakekat segala sesuatu dan diperlihatkan kepada malaikat yang ditugaskan untuk mengurus segala sesuatu, yang darinya engkau mendapatkan manfaat. Hati itu laksana cermin jernih yang memancarkan sinar terang, maka ketahuilah bahwa hakekat segala sesuatu telah tertulis di Lauh al-Mahfudz. Jadi walaupun penghalang (hijab) yang ada begitu tinggi, namun karena posisi cermin sejajar dengan Lauh al-Mahfudz, maka hakekat segala ilmu tetap dapat tersingkap.
Terangkatnya hijab kadang terjadi pada sat tidur dan kadang pada saat terjaga, suatu hal yang biasa terjadi pada kamum sufi, dan terkadang pula bersamaan dengan tiupan semilir angin yang terjadi tanpa campur tangan dan persiapan dari pihak manusia. Ketika ini terjadi, dari balik tabir kegaiban, rahasia-rahasia ilmu memancarkan sinar berkilau ke dalam hati.
Puncak dari penyikapan tabir ini terjadi dengan datangnya kematian kerena pada saat itu semua hijab dibuka. Hal ini diisyaratkan oleh sabda Rasulullah saw,”Manusia itu dalam keadaan tidur, ketika mereka mati barulah mereka terbangun.” (HR. Al-‘Ajluni, Kasyf al-Khafa; al-Qari, al-Asrar al-Marfu’ah (386); al-Albani, adh-Dha’ifah (102).
Metode penyucian jiwa yang dilakukan oleh kaum sufi hampir sama dengan kondisi manusia yang akan menjemput kematian. Oleh karena itu, mereka tidak menyibukkan diri dengan kegiatan mencari ilmu, tapi lebih menyibukkan diri dengan menyucikan hati dan memutuskan hubungan dengan makhluk lain supaya hal ini menjadi sebab dapat menghadap Allah swt secara total, lalu menyerahkan segala urusan-Nya, dimana Ia Maha Mengetahui segala cahaya dan bisikan halus yang tersingkap dalam hati mereka. Inilah metode yang dialami para nabi dan wali. Mereka mendapatkan berbagai macam ilmu dan hakekat melalui proses belajar, namun mereka mendapatkan secara langsung melalui sumbernya sehingga tidak lagi perlu belajar dan berusaha.

MAKALAH TASAWUF DAN TAREKAT DALAM ISLAM

MAKALAH TASAWUF DAN TAREKAT DALAM ISLAM
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
PEMBELAJARAN TASAWUF
Dosen pembimbing : Hamdani, M.Pd.I

Disusun oleh :
1. Amidanal Khikmah
2. Nur Hidayah
3. Nur Yanti

STIT MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG
TAHUN AKADEMIK 2011 - 2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Islam dalam perjalanan sejarahnya tidak pernah bebas dari perselisihan antarsesama yang kadang-kadang memuncak sampai pada level yang sangat memprihatinkan. Banyak sekali faktor-faktor yang memicu kondisi semacam ini. Selain kepentingan politik dan ekonomi, salah satu faktor yang sangat dominan dan menghambat terciptanya kesatuan dan persatuan umat Islam dalam suasana ukhuwah yang mesra adalah sikap tamaththu’ (sok suci, konsekuen), tatharruf (ekstrem) dan ta’ashshub (fanatik), sebuah sikap yang membuat pemiliknya cenderung memutlakkan pendapat dan pemahaman sendiri sebagai yang paling benar tanpa mencoba memahami secara bijak pendapat dan pemahaman orang lain. Sikap ini bahkan kerapkali melahirkan kegemaran menghakimi dan memvonis orang lain sebagai sesat dan menyesatkan. Faktor lain yang justru menjadi pangkal dari sikap ini adalah literatur dan informasi yang tidak memadai sehingga menimbulkan pemahaman yang tidak utuh.
Tasawuf dan tarikat adalah korban yang paling sering dihujat sesat oleh saudara-saudara seiman yang didominasi oleh sikap tersebut. Mereka memandang tasawuf dan tarikat sebagai sarang bid’ah – hal-hal yang baru yang diklaim tidak pernah diajarkan dalam Islam atau tidak pernah dilakukan dan diperintahkan oleh Rasul Dalil utama yang sering dikemukakan mereka adalah hadis Nabi saw yang sangat terkenal dan diriwayatkan oleh banyak imam hadis,
“Hindarilah perkara-perkara yang baru (diada-adakan), karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah, dan bid’ah adalah sesat.”


B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian tasawuf ?
2. Apakah pengertian tarekat ?
3. Bagaimanakah posisi tarekat dalam islam ?

C. Tujuan Masalah
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian tasawuf
2. Pengertian tarekat
3. Posisi tarekat dalam islam  
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TASAWUF
Imam al-Qusyairi dalam al-Risalah-nya mengutip 50 definisi dari ulama Salafi; sementara Imam Abu Nu’aim al-Ishbahani dalam “Ensiklopedia Orang-Orang Suci”-nya Hikayat al-awliya’ mengutip sekitar 141 definisi, antara lain:
“Tasawuf adalah bersungguh-sungguh melakukan suluk yaitu `perjalanan’ menuju malik al muluk `Raja semua raja’ (Allah `assa wa jalla).”
“Tasawuf adalah mencari wasilah `alat yang menyampaikan’ ke puncak fadhilah `keutamaan’.”
Definisi paling panjang yang dikutip Abu Nu’aim berasal dari perkataan Imam al-Junaid RA. ketika ditanya orang mengenai makna tasawuf:
“Tasawuf adalah sebuah istilah yang menghimpun sepuluh makna:
a. Tidak terikat dengan semua yang ada di dunia sehingga tidak berlomba- lomba mengerjarnya.
b. Selalu bersandar kepada Allah `azza wa jalla,.
c. Gemar melakukan ibadah ketika sehat.
d. Sabar kehilangan dunia (harta).
e. Cermat dan berhati-hati membedakan yang hak dan yang batil.
f. Sibuk dengan Allah dan tidak sibuk dengan yang lain.
g. Melazimkan dzikir khafi (dzikir hati).
h. Merealisasikan rasa ikhlas ketika muncul godaan.
i. Tetap yakin ketika muncul keraguan dan
j. Teguh kepada Allah dalam semua keadaan. Jika semua ini berhimpun dalam diri seseorang, maka ia layak menyandang istilah ini; dan jika tidak, maka ia adalah pendusta. [Hilayat al-Awliya]
Beberapa fuqaha `ahli fikih’ juga mengemukakan definisi tasawuf dan mengakui keabsahan tasawuf sebagai ilmu kerohanian Islam. Di antara mereka adalah: Imam Muhammad ibn Ahmad ibn Jazi al-Kalabi al-Gharnathi (w. 741 H.) dalam kitabnya al Qawanin al Fiqhiyyah li Ibn Jazi hal. 277 menegaskan:
“Tasawuf masuk dalam jalur fiqih, karena ia pada hakikatnya adalah fiqih batin (rohani), sebagaimana fiqih itu sendiri adalah hukum-hukum yang berkenaan dengan perilaku lahir.”
Imam `Abd al-Hamid al-Syarwani, dalam kitabnya Hawasyi al-Syarwani VII, menyatakan: “Ilmu batin (kerohanian), yaitu ilmu yang mengkaji hal ihwal batin (rohani), yakni yang mengkaji perilaku jiwa yang buruk dan yang baik (terpuji),itulah ilmu tasawuf.”
Imam Muhammad `Amim al-Ihsan dalam kitabnya Qawa’id al-Fiqih, dengan mengutip pendapat Imam al-Ghazali, menyatakan:
“Tasawuf terdiri atas dua hal: Bergaul dengan Allah secara benar dan bergaul dengan manusia secara baik. Setiap orang yang benar bergaul dengan Allah dan baik bergaul dengan mahluk, maka ia adalah sufi.”
Definisi-definisi tersebut pada dasarnya saling melengkapi satu sama lain, membentuk satu kesatuan yang tersimpul dalam satu buhul: “Tasawuf adalah perjalanan menuju Tuhan melalui penyucian jiwa yang dilakukan dengan intensifikasi dzikrullah”.

B. PENGERTIAN TAREKAT
Kata Tarekat di ambil dari Bahasa Arab, yaitu dari kata benda thoriqoh yang secara etimologis berarti jalan, metode atau tata cara. Adapun tarekat dalam terminologis (pengertian) ulama sufi; yang dalam hal ini akan saya ambil definisi tarekat menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili al-Syafi al-Naqsyabandi, dalam kitab Tanwir al- Qulub-nya adalah;
”Tarekat adalah beramal dengan syariat dengan mengambil/memilih yang azimah (berat) daripada yang rukhshoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah; menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang sia-sia; melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah; yang semuamnya ini di bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/syekh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).”
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa tarekat adalah beramal dengan syariat Islam secara azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan, seperti rokok ada yang berpendapat haram dan makruh, maka lebih memilih yang haram) dengan mengerjakan semua perintah baik yang wajib atau sunah; meninggalkan larangan baik yang haram atau makruh bahkan menjauhi hal-hal yang mubah (boleh secara syariat) yang sia-sia (tidak bernilai manfaat; minimal manfaat duniawiah) yang semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna menunjukan jalan yang aman dan selamat untuk menuju Allah (ma’rifatullah) maka posisi guru di sini adalah seperti seorang guide yang hafal jalan dan pernah melalui jalan itu sehingga jika kita dibimbingnya akan dipastikan kita tidak akan tersesat jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam sebuah tujuan yang belum diketahui, maka kemungkinan besar kita akan tersesat apalagi jika kita tidak membawa peta petunjuk. Namun mursyid dalam tarekat tidak hanya membimbing secara lahiriah saja, tapi juga secara batiniah bahkan juga berfungsi sebagai mediasi antara seorang murid/salik dengan Rasulullah SAW dan Allah SWT.
Dengan bahasa yang lebih mudah, tarekat adalah sebuah kendaraan baik berupa bis, kapal laut atau pesawat terbang yang disopiri oleh seseorang yang telah punya izin mengemudi dan berpengalaman untuk membawa kendaraannya dengan beberapa penumpang di dalamnya untuk mencapai tujuan.
C. POSISI TASAWUF DALAM ILMU-ILMU ISLAM
Prof. Dr. H. S.S. Kadirun Yahya Al-Khalidi menyatakan bahwa Tasawuf adalah “Saudara Kembar” Fiqih.Pernyataan ini tampaknya berdasarkan pada kenyataan bahwa Fiqih pada hakikatnya merupakan formulasi lebih lanjut dari konsep Islam, sementara Tasawuf merupakan perwujudan konkret dari konsep Ihsan. Dua konsep ini tercetus bersama-sama dengan konsep Iman (diformulasikan lebih jauh dalam ilmu kalam) dalam dialog antara Jibril AS dan Nabi SAW sebagaimana dikemukakan dalam hadist Abu Hurairah yang sangat terkenal. [Shahih al-Bukhari, I:27; Shahih Muslim, L:39]
Penjelasan lebih gamblang mengenai posisi Tasawuf sebagai “saudara kembar” Fiqih dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka) dalam bukunya Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya:
“Alhasil kemurnian dan cita-cita Islam yang tinggi adalah gabungan Tasauf dan Fiqih: gabungan otak dan hati. Dengan Fiqih kita menentukan batas-batas hukum, dan dengan Tasauf kita memberi pelita dalam jiwa, sehingga tidak terasa berat di dalam melakukan segala kehendak agama.
“Kalau kita tilik kepada bunyi Hadist tentang Islam, Iman dan Ihsan tampaklah bahwa ketiga Ilmu Islam yaitu Ilmu Fiqih, Ilmu Ushuluddin dan Ilmu Tasawuf telah dapat menyempurnakan ketiga simpulan agama itu (Islam, Iman dan Ihsan).
“Islam diartikan oleh hadist itu ialah mengucapkan Syahadat, mengerjakan Shalat lima waktu, Puasa bulan Ramadhan, mengeluarkan Zakat dan Naik Haji. Untuk mengetahui, sehingga kita mengerjakan suruhan agama dengan tidak membuta: Kita pelajarilah Fiqih.
“Iman adalah Iman kepada Allah, kepada Malaikat, kepada Rasul-Rasul dan Kitab-Kitab, dan iman kepada Hari Kiamat dan Takdir, buruk dan baik, Kita pelajarilah Ushuluddin atau Ilmu Kalaam.”
“Ihsan adalah kunci daripada semuanya, yaitu: Bahwa kita mengabdi kepada Allah SWT, seakan-akan Allah SWT itu kita lihat di hadapan kita sendiri. Karena meskipun mata kita tidak dapat melihatNya, namun Allah SWT tetap melihat kita.Untuk menyempurnakan ihsan itu, kita masuki alam Tasawuf.
“Itulah tali berpilah tiga: Iman, Islam dan Ihsan. Dicapai dengan tiga ilmu: Fiqih, Ushuluddin dan Tasawuf. [Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya, hal. 94-95]
Jadi, sebagai sebuah ilmu, posisi Tasawuf terhadap ilmu-ilmu Islam lainnya sangat jelas dan gamblang. Tasawuf merupakan bagian tak berpisahkan dari keseluruhan bangunan Syari’ah; bahkan ia merupakan ruh/hakikat/inti dari syariah.
Syariah sendiri dapat didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang terbit dari diri Nabi SAW yang berupa sikap, perbuatan, dan perkataan (al-Qur’an dan al-Hadist)”; atau dengan bahasa yang lebih umum: Syariah adalah segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Namun begitu, syariah pada dasarnya merupakan produk dari hakikat Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Allah.
Adalah mustahil memahami syariah (produk) secara sempurna tanpa memahami hakikatnya.Ilmu yang menyajikan jalan untuk mengenal hakikat ini adalah Tasawuf, sedangkan ilmu-ilmu (keislaman) lainnya, seperti ilmu Fiqih dan hadist misalnya, semuanya menyajikan jalan untuk memahami produk.Tasawuf melibatkan hati atau qalbu (ruhani), sedangkan ilmu-ilmu lainnya melibatkan otak atau akal (jasmani).
Fiqih dan Tasawuf ibarat dua sisi mata uang, jika salah satu rusak maka yang lain menjadi tidak berfungsi, sehingga kedua-duanya harus dipegang secara utuh untuk mencapai kesempurnaan. Dalam kaitan ini, Imam Abu Abdillah al-Dzahabi (w. 748 H), penulis kitab Siyar A’lam al-Nubala’ (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1413) yang terdiri dari 23 jilid menegaskan:
“Jika seorang ulama tidak ber-Tasawuf, maka ia kosong; sebagaimana jika seorang sufi tidak mengenal sunnah (baca bersyariat), maka ia tergelincir dari jalan yang lurus.”
Imam Malik ibn Anas, pemimpin madzhab Maliki yang sangat terkenal, sebagaimana dikutip oleh Syeikh Amin al-Kurdi, juga mengungkapkan hal senada:
“Barangsiapa yang bersyariat tetapi tidak berhakikat (ber-Tasawuf) maka ia telah fasik; dan barangsiapa yang berhakikat (ber-Tasawuf) tetapi tidak bersyariat maka ia telah zindik.” [Tanwir al-Qulub, hal. 408]
Di samping itu, tidak salah apabila dikatakan bahwa Tasawuf adalah sebuah madzhab sebagaimana Ilmu Fiqih yang mengenal (minimal) empat mazhab, sehingga tidak jarang para ulama melibatkan pendapat kaum sufi ketika membahas hukum suatu perkara. Syeikh al-Islam Ibn Taymiyah menempatkan kaum sufi dalam deretan fuqaha’ dan ahli hadist. Hal ini dapat disimak misalnya dari pernyataan beliau ketika menetapkan hukum larangan menikahi orang yang menolak kekhalifahan Sayyidina Ali setelah ‘Utsman ibn ‘Affan:
Hal itu (larangan menikahi orang yang tidak menerima kekhalifahan Ali ibn Abi Thalib) telah disepakati oleh para fuqaha, ahli hadist, dan juga oleh ahli ma’rifat dan Tasawuf. [Kutub wa Rasail wa Fatawa Ibn Taimiyah, XXXV:19]

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Tasawuf adalah perjalanan menuju Tuhan melalui penyucian jiwa yang dilakukan dengan intensifikasi dzikrullah”.
Tarekat adalah beramal dengan syariat Islam secara azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan, seperti rokok ada yang berpendapat haram dan makruh, maka lebih memilih yang haram) dengan mengerjakan semua perintah baik yang wajib atau sunah; meninggalkan larangan baik yang haram atau makruh bahkan menjauhi hal-hal yang mubah (boleh secara syariat) yang sia-sia (tidak bernilai manfaat; minimal manfaat duniawiah) yang semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna menunjukan jalan yang aman dan selamat untuk menuju Allah (ma’rifatullah) maka posisi guru di sini adalah seperti seorang guide yang hafal jalan dan pernah melalui jalan itu sehingga jika kita dibimbingnya akan dipastikan kita tidak akan tersesat jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam sebuah tujuan yang belum diketahui, maka kemungkinan besar kita akan tersesat apalagi jika kita tidak membawa peta petunjuk.
Posisi Tasawuf terhadap ilmu-ilmu Islam lainnya sangat jelas dan gamblang. Tasawuf merupakan bagian tak berpisahkan dari keseluruhan bangunan Syari’ah; bahkan ia merupakan ruh/hakikat/inti dari syariah.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/25883807/makalah-Tasawwuf-Dan-Tarekat-Di-Indonesia
http://selogiri.com/contoh-makalah-tasawuf-dan-tarekat.html
http://www.islamhouse.com/p/203135