Senin, 28 November 2011

TASAWUF (MENATA HATI MENUJU ILAHI)

1.      Muqaddimah
o  (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci (Qalbun Salim) . Makna datang kepada Tuhannya adalah mengikhlaskan hatinya kepada Allah dengan sepenuh-penuhnya (As-Shaffat/37:84) Rasulullah SAW bersabda; Istafti Qalbak (mintalah fatwa –berkonsultasilah—dengan hati nuranimu dalam seluruh persoalan kehidupan)
o    Dialah yang membuat yang tidak ada menjadi tampak nyata, dan meskipun nyata ada , Dia pulalah yang membuatnya menjadi tidak tampak (jalal al-Din Rumi)
o    Semua yang tampak berasal dari sesuatu yang tidak tampak, semua yang bisa dilihat berawal dari sesuatu yang tidak basa dilihat (Erbe Sentanu)
2.    Hati Adalah Pusat Makna Tertinggi
o    Hati nurani adalah pusat makna tertinggi kehidupan manusia atau “ the ultimate meaning ” yang paling berpengaruh dalam diri kita. Sedangkan otak adalah hamba yang sangat patuh mengikuti setiap perintah hati nurani kita dalam kehidupan.
o    Fisika Newton (tampak) terdapat empat tingkatan benda mulai dari partikel, atom, molekul, dan benda yang bisa dicermati dengan mata kepala tanpa bantuan alat apapun. Fisika Quantum (tak tampak) terdapat dua level --yang sangat menentukan dan berada pada garis tak terpisahkan dari fisika Newton—Quanta dan Energi Vibrasi.
3.    Hati dalam dunia Tasawuf
o    Dalam dunia tasawuf “Hati Nurani” bagaikan singgasana Allah yang siap menerima kehadiran orang-orang yang connected denganNya. media connected yang paling efefktif adalah Salat lima waktu. Ujibu Da’watad Da’i idza da’ani , oleh karenanya berdoa dan meminta sesuatu harus ke hadiratnya, Iyya kana’budu wa Iyya ka Nasta’in. 
 
4.   Sukses Dimulai Dari Dalam Diri
o    William James berkata, "Penelitian terbesar dari generasi saya adalah bahwa manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah sikapnya."
o    Keberhasilan dan kegagalan diciptakan oleh kita sendiri bukan orang lain, kehadiran orang lain dalam diri seseorang hanya sebatas memberikan stimulus dan rangsangan untuk berhasil ataukah gagal. Yang tahu diri kita adalah kita sendiri dan Allah SWT, lainnya tidak.
o    Pikiran bawah sadar yang dimiliki manusia proporsinya jauh mengungguli pikiran alam sadar 80 % berbanding 20%. Yang selalu kita tuju dan fokukan adalah pikiran yang ada di alam sadar padahal jumlahnya jauh dibawah alam bawah sadar. Jika saja manusia menyadari bahwa apa yang ada pada alam bawah sadar lebih berpotensi untuk menjadikannya sebagai makhluk yang sempurna maka kita tidak akan pernah menyia-nyiakan peluang untuk menjadi Insan al-Kamil.
o    Sadar terhadap alam bawah sadar inilah yang perlu di bangkitkan melalui proses penghambaan secara totalitas kepada Allah semata dan juga melalui instrospeksi aktif terhadap apapun yang di inginkan oleh ”Hati Nurani” kita.
o    Demikian sebaliknya, semakin hati dan pikiran kita dipenuhi oleh sesuatu yang melemahkan kita seperti “ Mana mungkin saya bisa menang, mana mungkin saya bisa sukses”, hampir dipastikan Anda tidak akan menjadi pemenang.
4.      Apa hakikat kesuksesan
o    Ukuran kesuksesan seringkali kita identikkan dengan harta benda yang berlimpah, pangkat dan jabatan yang tinggi, rumah besar dan megah, mobil mewah, anak yang patuh dan berprestasi tinggi, keluarga harmonis tanpa pernah berselisih paham dan lain sebagainya. Namun setelah kita merenungkan apa kesuksesan tersebut sudah pula membawa kebahagiaan, ketenangan, kedekatan kita dengan Sang Khaliq semakin tinggi ataukah semakin menjauh?.
5.      Tahapan Kesuksesan
o    Jadi apa hakikat kesuksesan yang kita cari?. Sukses sejati terletak pada kemampuan anda merasakan pikiran bahagia, perasaan dekat –sedekat mungkin—dengan Allah adalah indikator sukses, merasakan pada kekayaan yang kita miliki terdapat hak-hak orang lain yang harus kita selesaikan.
o    Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk merasakan kesuksesan yang abadi seperti yang dipersepsikan oleh Allah dan rasulNya, Allah telah menggariskan dan memberikan resepNya;
o    pertama , Alaa Bizikrillah Tathmainnal Qulub ;”Hendaklah mengingat Allah niscaya hati nurani akan menjadi tenang dan bahagia. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
o    Kedua ; Lain Syakartum Laazidannakum Walain Kafartum Inna Azabi Lasyadid . selalu bersyukur terhadap segala anugerah Allah walau sebesar biji zarrah (sawi). Orang yang tidak pernah bisa bersyukur terhadap anugerah Allah yang paling kecil maka dia tidak akan pernah bisa bersyukur terhadap pemberian Allah yang lebih besar. Realisasi Syukur dapat dilihat dari perlakuan kita terhadap sesama makhluk Allah. Berbagi sesama makhluk Allah akan memberikan kebahagiaan tersendiri dalam hati sanubari kita.
o    Ketiga ; Ridla terhadap segala apa yang telah digariskan Allah SWT. Ridla terhadap ketentuan Allah dapat berarti bahwa jika kita beranggapan segala kejadian yang ditimpakan kepada kita berasal dari Yang Maha Quddus dan Maha Esa, maka mengapa perlakuan kita terhadap musibah harus berbeda dibandingkan perlakuan kita terhadap nikmat Allah?.
o    Keempat ; berusaha untuk selalu tenang dalam menyikapi persoalan hidup, seseorang yang berusaha untuk tenang maka akan dengan mudah dapat menerima segala ketentuan Allah SWT yang pada akhirnya sampai ketingkat Ridla. Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya (Al-Fajr/89:27-28)
6.    Ridla Allah sebagai Manifestasi MahabbahNya
o    رضيت بالله ربا وبا لأسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورســولا
o    Aku telah ridla Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul anutanku
o    Ridla Allah fi Ridla al-Walidain wa Suhtu Allah fi Suhti al-Walidain (Ke-Ridla-an Allah sangat tergantung pada ke-ridla-an ibu bapak, demikian juga kemurkaan Allah sangat terkait dengan kemurkaan kedua orang tua)
7.  Al-Ridla Allah dapat dilihat dalam berbagai persepsi
o    Al-Ridla bi Qadlaillah; ridla dari ketentuan Allah bisa termanifestasi dalam dua tingkatan, pertama tingkatan ridla yang berarti ketenangan hati yang diakibatkan oleh sikap penerimaan seseorang terhadap ketentuan yang telah digariskan Allah SWT dengan tidak memperdulikan segala penderitaan yang dialaminya, baginya tidak dibedakan antara nikmat dan musibah karena sama-sama datang dan berasal dari Allah Yang Maha Quddus. kedua tingkatan sabar adalah menahan segala keluh-kesah dan penderitaan yang dialaminya.
o    Ridla Allah sebagai manifestasi Cinta Allah; jika Allah mencintai hambaNya pasti diberikan ujian terlebih dahulu, jika seseorang dapat bertahan dan tidak mengeluh dengan ujian yang diberikan maka dia akan mendapatkan ridlanya Allah dan jika tidak tahan maka ia akan diturunkan derajatnya. Ibnu Mas’ud berkata sesunggunya Allah menjadikan al-yaqin dan al-ridla sebagai media ketenangan dan kebahagiaan sementara ke-ragu-an ( al-Syak ) dan kebencian ( al-Sukht ) menjadi media kesengsaraan dan kesedihan.
o    Ridla Allah dapat berarti; Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya) Al-Fath/48:4 dan 18.
o    Al-Ridla bi Allah; orang tidak akan pernah bisa ridla terhadap segala ketentuan Allah SWT sebelum bersikap tawakal dengan sungguh-sungguh. Orang yang mampu bersikap ridla terhadap ketentuan Allah akan mendapatkan ganjaran pahala dan memperoleh posisi yang sangat agung disisiNya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”.
o    Ibnul Qayyim mengatakan;”al-Ridla merupakan pintu Allah yang sangat mulia, surga Allah di dunia, peristirahatan orang-orang arif, kehidupan para pencinta, kebahagiaan ahli Ibadah, dan dambaan orang-orang yang rindu kehadiran Allah dalam dirinya.
8.  Penutup
o    Al-Ridla bi Allah Rabba; konsep ini mengajarkan bahwa untuk menggapai ridla Allah dengan mengaplikasikan segala perintah yang telah digariskan melalui rasulNya sekaligus juga menjauhi larangan-laranganNya. Berserah diri dan memohon serta meminta perlindungan hanya kepada Allah semata. Idza Saalta fas alillah wa idza istaanta fastain billah.
o    Al-Ridla bi Allah Ilaha; konsep ini memberikan penegasan bahwa hakikat ridla kepada Allah dapat berarti cinta, benci, harapan, dan takut hanya karena Allah semata. Cinta kepada Allah berarti cinta kita terhadap selainNya tidak boleh melebihi cinta kita kepada Allah dan rasulNya.
o    Al-Ridla bi Nabiyyihi; konsep ini memberikan arahan bahwa jika kita ridla dengan Nabi yang telah diturunkan Allah sebagai pembawa risalahNya harus mengikuti segala aturan dan prinsip-prinsip yang telah digariskannya. Mencintai Allah secara otomatis juga mencintai Rasulullah SAW.
o    Al-Ridla bi Dinillah; berarti bahwa segala aturan dan hukum serta ketentuan yang tersurat maupun tersirat harus diikuti secara ikhlas sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
PESAN MORAL

Teguhkan hati, khusukkan hati, dan berhati-hatilah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar