Minggu, 11 Maret 2012

INDIKATOR KINERJA GURU DAN PENILAIANNYA

A. Indikator Kinerja Guru
Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau dise-but dengann RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembe-lajaran (classroom procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).
Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegi-atan pembelajaran dikelas yaitu:

1. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang ber-hubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajar-an yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pe-laksanaan pembelajaran(RPP). Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdi ri dari:
a. Identitas Silabus
b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi Dasar (KD)
d. Materi Pembelajaran
e. Kegiatan Pembelajaran
f. Indikator
g. Alokasi waktu
h. Sumber pembelajaran
Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan sitilah RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari sila-bus, ditandai oleh adnya komponen-komponen :
a. Identitas RPP
b. Stándar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi dasar (KD)
d. Indikator
e. Tujuan pembelajaran
f. Materi pembelajaran
g. Metode pembelajaran
h. Langkah-langkah kegiatan
i. Sumber pembelajaran
j. Penilaian

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembejaran. Semua tu-gas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut kemampuan guru.

a. Pengelolaan Kelas
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepat-an waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.
Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/ setting tempat duduk siswa yang dilakukan pergantian, tujuannya memberi-
kan kesempatan belajar secara merata kepada siswa.

b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu diku-asi guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sum-ber belajar.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. (R. Ibra-him dan Nana Syaodih S., 1993: 78)
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman. Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-bu-ku/sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan teruta-ma untuk keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya meng-gunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tatapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.
Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang su-dah ada (by utilization) seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.

c. Penggunaan Metode Pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Gu-ru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesu-ai dengan materi yang akan disampaikan. Menurut R. Ibrahim dan Nana S. Sukmadinata (1993: 74) ”Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai”.
Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan de-ngan tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tu-gas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan sis-wa, dan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.

3. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pem-belajaran yang telah dilakukan. Pada tahp ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyu-sunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah so-al yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan terting-gi di kelasnya.
Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh sis-wa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasar-kan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.
Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan pe-nilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran.
Kempuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/ pe-nilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan alat
tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.
Bentuk tes tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah ragam benar/ salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat.
Tes lisan adalah soal tes yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumya ditujukan un-tuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya.
Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru kepada siswa. Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan sesuai de-ngan materi yang telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian, kete-rampilan, olahraga, komputer, dan sebagainya.
Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes ini dapat di-gambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif, ka-rena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat pe-nilaian hasil belajar.
Di samping pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes, hal lain yang harus diperhatikan guru adalah pengolahan dan penggunaan hasil bela-jar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu:
a. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak dipahami oleh sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelaja-ran, melainkan cukup memberikan kegiatan remidial bagi siswa-siswa yang bersangkutan.
b. Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh se-bagian besar siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap program pembe-lajaran, khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.
Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi kegiatan pengem-bangan pembelajaran dapat dijadikan indikasi kemampuan guru dalam pengo-lahan dan penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
a. Kegiatan remidial, yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan tes, dan menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa.
b. Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam program semes- teran maupun program satuan pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyangkut perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau disempurnakan.

B. Indikator Abilitas Guru
Abilitas dapat dipandang sebagai suatu karakteristik umum dari seseo-rang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujud-kan melalui tindakan. Abilitas seorang guru secara aplikatif indikatornya da-pat digambarkan melalui delapan keterampilan mengajar (teaching skills), yakni:

1. Keterampilan Bertanya (Questioning skills)
Dalam proses pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting, hal
ini dikarenakan pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik melontar-kan pertanyaan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yiatu:
a. Meningkatkan pastisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu masa-lah yang sedang dibicarakan.
c. Mengembangkan pola fikir dan cara belajar aktif dari siswa, karena pada hakikatnya berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
d. Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan mem-bantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Pertanyaan yang baik menurut Uzer Usman (1992: 67) adalah:
a. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
b. Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
d. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menja-wab pertanyaan.
e. Berikan pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata.
f. Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul kebera-nian siswa untuk menjawab dan bertanya.
g. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri ja-waban yang benar.

2. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills)
Penguatan adalah segala bentuk respon apakah bersifat verbal (diung-kapkan dengan kata-kata langsung seperti: bagus, pintar, ya, betul, tepat se-kali, dan sebagainya), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat, pendekatan, dan sebagainya) merupakan bagian dari modifikasi ting-kah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi.
Reinforcement dapat berarti juga respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakah tersebut dimaksudkan untuk memberikan ganjaran atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.
Tujuan dari pemberian penguatan ini adalah untuk:
(1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.
(2) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
(3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
Ada 4 cara dalam memberikan penguatan (reinforcement) yaitu:
a. Penguatan kepada pribadi tertentu. Penguatan harus jelas kepada siapa di-tujukan, yaitu dengan cara menyebutkan namanya, sebab bila tidak jelas akan tidak efektif.
b. Penguatan kepada kelompok siswa, yaitu dengan memberikan pengharga-an kepada kelompok siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
c. Pemberian penguatan dengan cara segera. Penguatan seharusnya diberi-kan sesegera mungkin setelah muncul tingkah laku/respon siswa yang di-harapkan. Penguatan yang ditunda cenderung kurang efektif.
d. Variasi dalam penggunaan. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja karena akan menimbulkan kebosanan, dan lama kelamaan akan kurang efektif.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses inter-aksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kejenuhan siswa, sehing-ga dalam situasi belajar mengajar, siswa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.
Tujuan dan manfaat variation skills adalah untuk:
a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek pembelajaran yang relevan.
b. Memberikan kesempatan berkembangnya bakat yang dimiliki siswa
c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang le-bih baik.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pe-lajaran yang disenangi.
Ada tiga prinsip penggunaan variation skills yang perlu diperhatikan guru yaitu:
a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga ti-dak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu kegiatan pem-belajaran.
c. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam renca-na pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4. Keterampilan Menjelaskan (Explaning skills)
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian infor-masi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan lainnya, misalnya sebab dan akibat. Pe-nyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urut-an yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat penting dari kegiat-an guru dalam berinteraksi dengan siswa di dalam kelas.
Tujuan pemberian penjelasan dalam pembelajaran adalah: (1) membim-bing siswa untuk dapat memahami konsep, hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar; (2) melibatkan siswa untuk berfikir dengan me-macahkan masalah-masalah atau pertanyaan; (3) mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpaham-an siswa; dan (4) membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah.

a. Komponen-komponen dalam Menjelaskan (explaning skills)
1) Merencanakan
Penjelasan yang dilakukan guru perlu direncanakan dengan baik, teruta-ma yang berkenaan dengan isi materi dan siswa itu sendiri. Isi materi melipu-ti analisis masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada di antara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan rumus, hukum, gene-ralisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Hal-hal yang berhubungan dengan siswa hendaknya diperhatikan perbedaan individual tiap siswa baik itu usia, tugas perkembangan, jenis kelamin, kemampuan, interes, latar belakang sosial budaya, bakat, dan lingkungan belajar anak.

2) Penyajian Suatu Penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memper-hatikan hal-hal berikuti ini:
a) Kejelasan. Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, hindari penggunaan kata yang tidak perlu.
b) Penggunaan Contoh dan Ilustrasi. Memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).
c) Pemberian Tekanan. Dalam memberikan penjelasan guru harus memu-satkan perhatian siswa kepada masalah/topik utama dan mengurangi infor-masi yang tidak terlalu penting.
d) Penggunaan Balikan. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertian siswa ketika penjelasan itu diberikan.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and Closure Skills)

Membuka pelajaran (set insuction) adalah usaha atau kegiatan yang di-lakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kon-disi bagi siswa agar mental maupun perhatiannnya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang posi-tif terhadap kegiatan belajar.
Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh sis-wa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
Komponen membuka dan menutup pelajaran sebagaimana dijelaskan M. Uzer Usman (1992: 85) adalah sebagai berikut:

a. Membuka Pelajaran
Membuka Pelajaran, komponennya meliputi:
1) Menarik perhatian siswa. Gaya mengajar, penggunaan media pembe-lajaran atau pola interaksi yang bervariasi.
2) Menimbulkan motivasi, disertasi kehangatan dan keantusiasan, me-nimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan dan memperhatikan minat atau interest siswa.
3) Bemberi acuan melalui berbagai usaha, seperti mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan diba-has dan mengajukan beberapa pertanyaan.
4) Memberikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari) sehingga materi yang dipelari merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah.

b. Menutup Pelajaran.
Dalam menutup pelajaran, cara yang harus dilakukan guru adalah:
1) Meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran.
2) Melakukan evaluasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh guru antara lain adalah mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri dan memberikan soal-soal tertulis.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan se-
kelompok siswa dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan dan pemacahan masa-lah. Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah bimbingan guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah atau pe-ngambilan keputusan.
Komponen-komponen yang perlu dikuasi guru dalam membimbing dis-kusi kelompok yaitu:
a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, dengan cara
merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi, kemu-kakan masalah-masalah khusus, catat perubahan atau penyimpangan dis-kusi dari tujuan dan merangkum hasil diskusi.
b. Memperjelas masalah, untuk menghindari kesalahpahaman dalam memim-pin diskusi seorang guru perlu memperjelas atau menguraikan permasa-lahan, meminta komentar siswa, dan menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan agar kelompok peserta diskusi memper-oleh pengertian yang lebih jelas.
c. Menganalisis pandangan siswa. Adanya perbedaan pendapat dalam disku-si, menuntut seorang guru harus mampu menganalisis dengan cara mem-perjelas hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang perlu disepakati di sam-ping meneliti apakah suatu alasan mempunyai dasar yang kuat.
d. Meningkatkan urunan siswa, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, memberikan contoh dengan tepat, dan memberikan waktu untuk berpikir dan memberikan urun pendapat siswa dengan penuh perhatian.
e. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi, dilakukan dengan cara memancing pertanyaan siswa yang enggan berpartisipasi, memberikan kesempatan pada siswa yang belum bertanya (diam) terlebih dahulu, men-cegah monopoli pembicaraan, dan mendorong siswa untuk berkomentar terhadap pertanyaan temannya.
f. Menutup diskusi, yaitu membuat rangkuman hasil diskusi, menindaklan-juti hasil diskusi dan mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi.
g. Hal-hal yang perlu dihindari yaitu mendominasi/monopoli pembicaraan dalam diskusi, membiarkan terjadinya penyimpangan dalam diskusi.

7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan me-melihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelom-pok yang produktif.
Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah sebagai berikut:
1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, mem-berikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petun-juk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan (reinforcement).
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan sis-wa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tinda-kan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru dapat menggunakan strategi:
a) Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b) Guru menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas melalui kerjasama di antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.
c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masa-lah.
Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu diperha-tikan oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menghindari campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan me-mulai dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang terlalu mem-bingungkan.

8. Keterampilan Pembelajaran Perseorangan
Pembelajaran ini terjadi bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru ter-batas yaitu antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perse-orangan.
Hakikat pembelajaran perseorangan adalah:
a. Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga sis-wa dengan siswa.
b. Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
c. Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
d. Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran.
Peran guru dalam pembelajaran perseorangan ini adalah sebagai organi-sator, nara-sumber, motivator, fasilitator, konselor dan sekaligus sebagai pe-serta kegiatan.
Komponen-komponen yang perlu dikuasi guru berkenaan dengan pem-belajaran perseorangan ini adalah:
a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
b. Keterampilan mengorganisasi.
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yaitu memungkin-kan guru membantu siswa untuk maju tanpa mengalami frustasi. Hal ini dapat dicapai bagi guru yang memiliki keterampilan dalam memberikan penguatan dan mengembangkan supervisi.
d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mencakup membantu siswa menetapkan tujuan dan menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan tersebut, merencanakan kegiatan pembelajaran bersama siswa yang mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah ke-giatan pembelajaran, waktu serta kondisi belajar, bertindak sebagai super-visor dan membantu siswa menilai pencapaiannya sendiri.

C. Instrumen Penilaian Kinerja Guru
Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan (lembar) observasi. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain (individu) melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Kategori dibuat dalam bentuk rentangan mulai dari yang tertinggi sampai terrendah. Rentangan ini dapat disimbolkan melalui huruf (A, B, C, D) atau angka (4, 3, 2, 1), atau berupa kata-kata, mulai dari tinggi, sedang, kurang, rendah, dan sebagainya.
Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan Yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami (sebenarnya) maupun situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan observasi. Tentu saja penilai harus terlebih dahulu mempersiapkan lembaran-lembaran yang berisi aspek-aspek yang hendak dinilai. Dalam lembaran tersebut terdapat kolom di sebelah aspek yang hendak dinilai, di mana penilai dapat memberikan catatan atau penilaian mengenai kuantitas dan/atau kualitas aspek yang dinilai. Penilaian dapat diberikan dalam bentuk tanda cek (√).
Lembar penilaian observasi juga dapat dibuat dalam bentuk yang tidak terstruktur. Maksudnya penilai (observer) tidak memberikan tanda cek, namun menuliskan catatan mengenai kondisi aspek yang diamati. Hal ini biasanya dilakukan apabila hal-hal yang diamati memang belum dapat dipastikan seperti apa dan bagaimana kemunculannya. Sebagai contoh, penilaian terhadap kemampuan seorang guru baru dalam mengelola kelas. Meskipun kisi-kisi pengelolaan kelas telah jelas, akan tetapi bisa saja guru baru yang dinilai tersebut memunculkan perilaku yang tidak terprediksi dalam menghadapi para siswa di kelas. Hal ini dilakukan terutama bila penilai menggunakan pendekatan kualitatif.
Beberapa contoh model instrumen penilaian guru disajikan dalam lampiran.

D. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
Teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas ki-nerja guru menurut T.R. Mithcell (1978) yaitu:



Dari formula tersebut dapat dikatakan bahwa, motivasi dan abilitas ada-lah unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

1. Motivasi
Motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang berhubungan dengan perilaku individu maupun perilaku organisasi. Motivasi merupakan unsur penting dalam diri manusia yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau pekerjaan individu.
Menurut Stoner (1992: 440) motivasi diartikan sebagai faktor-faktor pe-nyebab yang menghubungkan dengan sesuatu dalam perilaku seseorang. Me-nurut Maslow (1970: 35) sesuatu tersebut adalah dorongan berbagai kebutuh-an hidup individu dari mulai kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan insentif keuangan sebagaimana dikemukakan Adam Smith (1976), pendekatan standar kerja se-bagaimana dijelaskan oleh Frederick Taylor (1978: 262), dan pendekatan ana-lisis pekerjaan dan struktur penggajian (job analysis and wage structure approach) yaitu mengklasifikasikan sikap, skill, dan pengetahuan dalam usa-ha untuk mempertemukan kemampuan dan skill individu dengan persyaratan pekerjaan. Analisis tugas adalah suatu proses pengukuran sikap pegawai dan penetapan tingkat pentingnya pekerjaan untuk menetapkan keputusan konpen-sasi.
Berdasarkan pendekatan di atas, maka di kalangan para guru, jabatan guru dapat dipandang secara aplikatif sebagai salah satu cara dalam memoti-vasi (pemotivasi) para guru untuk meningkatkan kemampuannya.

2. Abilitas
Abilitas adalah faktor yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja, abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimi-liki individu. Menurut Bob Davis at. al. (1994: 235) skill dan abilitas adalah dua hal yang saling berhubungan. Abilitas seseorang dapat dilihat dari skill yang diwujudkan melalui tindakannya.
Berkenaan dengan abilitas dalam arti kecakapan guru A. Samana (1994: 51) menjelaskan bahwa, ”Kecakapan profesional guru menunjuk pada suatu tindakan kependidikan yang berdampak positif bagi proses belajar dan per-kembangan pribadi siswa”. Bentuk tindakan dalam pendidikan dapat berwu-jud keterampilan mengajar (teaching skills) sebagai akumulasi dari pengeta-huan (knowledge) yang diperoleh para guru pada saat menempuh pendidikan seperti di SPG, PGSD, atau sejenisnya.

3. Kinerja
Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan
yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran/KBM, dan melakukan penilaian hasil belajar. Hubungan alur kinerja, motivasi, dan abilitas guru dapat digambarkan sebagai berikut:









Gambar 3.1 Alur Kinerja, Motivasi dan Abilitas Guru





















DAFTAR PUSTAKA

Darmo Mulyoatmodjo. 1980. Micro Teaching. Jakarta: Proyek Pengembang-an Pendidikan Guru
Dunkin. J. Michael. 1987. Teaching and Teacher Education. New York. Pergoman Press.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta
_________ 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur, Balitbang Diknas.
_________ 2003. Standar Kompetensi Guru. Jakarta
_________ 2004. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dikmenum.
E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://www.sasked.gov.sk.ca./docs/policy/app.oach/index.html.(Instructional Approch, a Framework for Profesional Practice).
http://www.idss.com.au. (Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi)
Kustimi. 2003. Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Ke-mampuan Mengajar Guru. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia.
Mohamad Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muhammad Surya. 2005. Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Nana Sudjana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Nugroho Susanto. 2000. Pelaksanaan Penilaian Jabatan Fungsional Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Stan-dar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Reigeluth. M. Charles. 1983. Instructional Design, Theories and Models. London: Lowrence Erlbaum Associaties Publisher.
Rusman. 2006. Pendekatan dan Model Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. .
Toto Toharuddin. 2002. Kinerja Profesional Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim Penulis Akta IV. 2007. Pengajaran Mikro dan Keterampilan Mengajar Terbatas. Bandung: FIP Universitas Pendidikan Indonesia.
Weber, WA. 1990. Classroom Management. Toronto. D.C.: Health and Company.

2 komentar: