Senin, 05 Desember 2011

PEMBELAJARAN MODEL PAKEM

A. Model PAKEM
Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada empat prinsip, yaitu: aktif, efektif, dan menyenangkan. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang senantiasa berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning). Model ini dapat dikembangkan secara sederhana oleh guru dengan memperhatikan prinsip PAKEM.
Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi proses dalam model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar. Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan dan bekerja sama untuk mengasah emosional. Persaingan yang sehat ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak belajar lebih mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak kalah pentingnya anak siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan.
1. Makna Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Tampaknya untuk memaknai aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan masih terlalu abstrak. Beberapa pendidik masih kabur dengan makna ini. Meskipun untuk memaknai istilah tersebut pernah didiskusikan oleh para pendidik, namun bukan berarti makna ini sudah paten. Makna tersebut masih perlu dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Dalam diskusi itu, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Aktif
- Selalu mencoba
- Tidak ingin menjadi penonton
- Memanfaatkan modalitas belajar (visual, auditorial, atau kinestika)
- Penuh perhatian dalam setiap proses pembelajaran
b. Kreatif
- Menginginkan adanya perubahan yang baru
- Ingin mengadakan inovasi
- Mempunyai banyak cara untuk melakukan sesuatu
- Tidak cepat putus asa
- Tidak mudah puas dengan hasil kerjanya dan selalu ingin berbuat terus
- Menumbuhkan motivasi, percaya diri, dan kritis
- Mempunyai banyak cara
c. Efektif
- Memanfaatkan alat peraga yang ada di sekitar
- Diajak ke sumber belajar, melakukan observasi
- Memanfaatkan waktu yang ada
- Memanfaatkan rangkuman yang tepat
- Mengoptimalkan panca indera
- Mengatur stategi pembelajara
d. Menyenangkan
- Penampilan guru yang menarik
- Suasana belajar tidak searah
- Kaya dengan metode
- Desain kelas yang tidak membosankan
- Belajar sambil bermain dan bernyanyi
- Hasil belajar anak dipajang di kelas
- Didekatkan ke alam nyata
- Ada penghargaan bagi yang berprestasi
2. Pelaksanaan pembelajaran PAKEM
a. Persiapan
1) Berpusat pada siswa
Perubahan paradigma pembelajaran sangat terasa saat ini. Dulu guru lebih dominan dalam proses pembelajaran atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning). Saat ini pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning)
2) Guru membuat persiapan matang
Persiapan bagi seorang guru merupakan hal yang mutlak harus dikerjakan. Tanpa persiapan guru akan kehilangan arah dalam proses pembelajaran. Berbagai metode dengan karakter materi yang akan diajarkan sudah dipersiapkan sebelum diajarkan.
3) Skenario pembelajaran secara rinci dan matang
Skenario merupakan salah satu dari persiapan yang harus dibuat oleh guru. Skenario pembelajaran juga sering disebut dengan langkah-langkah pembelajaran atau strategi pembelajaran. Dengan disusun skenario pembelajaran, seorang guru sudah membuat format pada setiap pertemuan dengan siswa. Bukan hanya sekedar format, melainkan guru sudah mendesain pola pembelajaran yang ideal dengan karakter materi yang sedang diajarkan.
4) Menerapkan asas fleksibilitas
Asas fleksibilitas, artinya lebih lentur dalam memahami kondisi yang akan dihadapi. Seorang guru tidak bisa kaku dalam menerapkan pola pembelajaran di kelas. Berbagai hambatan dalam proses pembelajaran akan dihadapi. Untuk itu, berbagai alternatif terutama berbagai metode harus disiapkan. Seorang guru tidak hanya terpaku pada satu metode yang ada. Jika hal itu sudah diantisipasi maka akan terjadi proses pembelajaran yang mengasyikkan.
5) Melayani perbedaan individual
Semua memaklumi bahwa anak mempunyai perbedaan, baik perbedaan cara belajar maupun perbedaan kecerdasan. Untuk itulah, dalam menangani anak sudah dipersiapkan cara pelayanannya. Seorang guru tidak bisa membuat anak sama seperti gerigi sisir, tetapi disesuaikan dengan karakter dan kepribadian yang khas yang dimiliki anak. Sebagaimana berbagai teori sudah disepakati oleh para pakar pendidikan bahwa setiap anak mempunyai modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda. Modalitas belajar yang dimiliki anak ada tiga, yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.
Modalitas belajar anak cenderung pada karakter alamiah yang dimiliki. Anak yang mempunyai gaya belajar visual, cenderung senang dengan cara melihat, baik itu gambar maupun bagan. Anak yang mempunyai gaya belajar auditoria, cenderung sedang denagn mendengar, sedangkan aank yang mempunyai gaya belajar kinestetik, cenderung belajar dengan cara bergerak, bekarja, dan menyentuh.
Selain perbedaan gaya belajar, anak juga mempunyai perbedaan kecerdasan. Jika selama ini orang lebih banyak membicarakan teori yang dikembangkan oleh ahli psikologi, Alfred Bine, yaitu intelgensi tunggal yang sering disebut intelligence quotient (IQ). Saat ini muncul teori intekgensi majemuk yang sering disebut multiple intelligences. Teori ini dirumuskan oleh Prof. Howard Gardner. Menurut Gardner anak mempunyai delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural.
Dengan berpedoman pada kenyataan bahwa murid mempunyai kelebihan serta kekurangan sendiri, jelas tidak bijak bagi guru (terutama orang tua) untuk memaksa anak yang tidak ingin pada bidang-bidang tertentu. Orang tua atau guru yang demikian telah bertindak di luar realitas psikologi tentang perkembangan inteligensi anak dan mungkin lebih dipengaruhi oleh motif sendiri. Teori Gardner juga mengingatkan kita agar sejak pendidikan usia muda, guru dan orang tua menyediakan berbagai pengalaman belajar yang merangsang berbagai minat anak. Melalui pendekatan ini, mungkin ini pendekatan yang terbaik. Guru serta orang tua dapat mendampingi anak di dalam mengembangkan potensi sepenuhnya dengan penuh minat dan kegembiraan.
b. Proses
1) Mendengarkan pendapat siswa
Setiap anak mempunyai karakter dan keinginan yang berbeda untuk itu apa yang diinginkan siswa harus didengarkan. Mendengarkan apa yang diinginkan merupakan penghargaan terhadap siswa.
2) Menggunakan bermacam-macam sumber belajar
Sumber belajar yang harus dimiliki oleh guru adalah dari sumber tangan pertama dan tangan kedua. Sumber belajar tangan pertama, artinya sumber belajar yang langsung dialami oleh siswa, seperti pengalaman kunjungan belajar, peristiwa yang dialami atau dilihat, situs bersejarah, nara sumber, dan lingkungan sekitarnya. Adapun sumber belajar tangan kedua adalah sumber belajar yang sudah dihasilkan oleh orang lain, misalnya: buku paket atau perlengkapan perpustakaan, dan media pembelajaran lainnya.
Seorang guru dalam model PAKEM tidak boleh selaku menganggap buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar yang lebih bervariatif, terutama sumber belajar yang dihasilkan oleh siswa dan segala yang ada di sekitar.
3) Merangsang keberanian siswa untuk menyatakan dan menanyakan sesuatu
Guru seyogyanya menumbuhkan minat anak untuk menanyakan sesuatu atau menyatakan pengalamannya. Semua pembelajaran berpusat pada siswa maka seorang guru bisa menggali potensi yang ada pada siswa dengan memberikan rangsangan agar anak mempunyai keberanian dalam mengungkapkan sesuatu.
4) Pertanyaan terbuka, menantang, dan produktif
Agar anak lebih berwawasan luas, pertanyaan yang diberikan oleh guru diusahakan mampu mengembangkan cara berpikir anak dengan pertanyaan terbuka. Dengan demikian, anak akan lebih produktif dalam mengembangkan cara berpikir yang lebih luas dan terbuka.
5) Pemecahan masalah (problem solving)
Pembelajaran yang dilakukan lebih mengarah pada pemecahan yang dihadapi oleh anak agar pembelajaran lebih menarik dan bermanfaat.
6) Menuntut hasil terbaik dari siswa
Guru menyiapkan dan mengarahkan dalam proses pembelajaran sehingga mendapat hasil yang maksimal dari siswa.
7) Memberikan umpan balik seketika
Kebiasaan anak-anak mempertanyakan segala hal harus dapat direspon dengan baik oleh guru. Pertanyaan yang timbul dari anak itu didorong oleh kebutuhan psikologis alamiah, yaitu rasa ingin tahu (curiosity). Banyaknya pertanyaan yang diajukan anak menunjukkan dinamisme dan kreativitas. Melihat gejala anak seperti ini, seorang guru harus memberikan umpan balik seketika. Dengan demikian, akan muncul keingintahuan yang lebih besar. Dalam kondisi seperti ini, sebenarnya sudah terjadi proses pembelajaran yang berarti.
8) Siswa memanjangkan hasil karyanya
Sesuatu yang sangat berarti bagi seorang anak adalah ketika apa yang dikerjakan mendapat pengakuan dari orang yang ada di sektiarnya, terutama orang-orang yang sangat dicintainya. Dalam proses pembelajaran, siswa sering menunjukkan hasil karyanya, namun terkadang kurang mendapat penghargaan. Mungkin karena tidak ada tempat atau mungkin dianggap kurang layak untuk diberikan penghargaan. Agar anak tumbuh motivasi yang lebih besar, hasil karyanya dipajang di dalam kelas, apa pun bentuk karyanya.
9) Kompetetif dan kooperatif
Persaingan dan kerja sama perlu diciptakan sejak dini. Persaingan dalam hal ini mempunyai pengertian bahwa ada perbedaan individu yang perlu dikembangkan potensinya. Setiap anak harus bisa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan guru sangat berperan untuk menggali dan mengembangkan potensi ini. Di sisi lain harus diciptakan kerja sama yang baik. Perbedaan yang satu dengan yang lain mampu mewujudkan rasa saling menghargai dan mampu bekerja sama dengan baik.
3. Kegiatan PAKEM
Kegiatan model PAKEM haruslah bervariatif dan tidak monoton. Ada beberapa yang perlu diketahui, misalnya:
- Mengamati, mengukur dan mendiskripsikan
- Mengajukan pertanyaan dan mencatat
- Berdiskusi, berdebat, dan membuat rangkuman
- Merencanakan dan melakukan percobaan
- Melaporkan, mempresentasikan, bermain peran, membuat puisi atau hasil karya lain dan memajangkan

4. Ciri lulusan PAKEM
Jika proses model PAKEM dilaksanakan dengan benar, dengan asumsi dasar bahwa belajar merupakan proses individual, belajar merupakan proses sosial, belajar harus menyenangkan, belajar harus selalu aktif, dan belajar tak pernah terhenti. Dengan demikian, akan menghasilkan lulusan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Berpikir kritis, kreatif, dan produktif
- Mampu belajar mandiri
- Bisa bertanggung jawab
- Bisa bekerja sama dengan orang lain
- Siap menghadapi perubahan
- Selalu mencari dan memanfaatkan informasi
- Dapat memecahkan masalah

B. Proses Belajar Mengajar
Proses dalam pengertian di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997:18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar PAI meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran PAI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar