Jumat, 02 Desember 2011

PENGERTIAN TASAWUF


PENGERTIAN TASAWUF

Mengapa harus beralajar tasawuf : karena dengan belajar tasawuf akan  dapat mengetahui tentang ilmu hakekat, karena hakekat merupakan pengenalan yang memahai dengan pencapaian yang mendekatkan diri kepada Allah SWT/Sang Pencipta, dengan cara ibadah. Dan Ibadah ialah syariat, adapun hakekat syariat ialah  sesuatu yang telah datang bersama pembebanan ( Attaklif ), sedangkan hakikat adalah apa yang diperkenalkan ( At Ta’rif ). Syariat dikuatkan dengan hakikat. Hakikat dari tariqat adalah syariat, sehingga setiap syariat adalah hakikat dan segala hakikat adalah syariat. sehingga tanpa syariat, hakikat itu bohong dan tanpa hakikat, syariat itu kosong.

Ilmu yang mempelajari ilmu hakikat disebut ilmu tasawuf, yang memahaminya disebut sufi yang didalamnya terdiri atas para murid ( yang berhasrat atau bertasawuf ) atau para salik ( penempuh jalan ), para mursyid ( penuntun ). Dari banyak aliran yang terdapat dalam ilmu tasawuf, semua bermura pada satu tujuan yaitu pendekatan diri kepada Allah swt dengan metoda hijrah atau berpindah menuju Allah swt setelah ia menanamkan kebaikan bagi dunia sampai akhirat agar dapat memetik hasil dari apa yang telah diusahakan melalui amal ibadah syariat yang hanya disebabkan dan ditujukan untuk Allah semata tanpa rasa tamak terhadap surga dan tidak pula takut akan neraka.

A.    Pengertian Tasawuf
1.                        Pengertian Tasawuf secara lughawi
a.       Sufi dari kata Safa (صفا), yang berarti kemurnian/bersih lahir batin.
b.      Suf (صوف) (kain wol). Dalam sejarah tasawuf, kalau seseorang ingin memasuki jalan tasawuf, ia meninggalkan pakaian mewah yang biasa dipakainya dan diganti dengan kain wol kasar yang ditenun secara sederhana dari bulu domba. Pakaian ini melambangkan kesederhanaan serta kemiskinan dan kejauhan dari dunia.
c.       Ashab al-Suffa" ("Sahabat Kamar") atau "Ahl al-Suffa" ("Orang orang Kamar"), yang mana dalah sekelompok muslim pada waktu Nabi Muhammad yang menghabiskan waktu mereka di beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa.mereka ber “ilmijah” wirid, makan, minum dimasjid.
d.      Saf (baris). Yang dimaksud saf di sini ialah baris pertama dalam salat di mesjid. Saf pertama ditempati oleh orang-orang yang cepat datang ke mesjid dan banyak membaca ayat-ayat al-Qur'an dan berdzikir sebelum waktu salat datang. Orang-orang seperti ini adalah yang berusaha membersihkan diri dan dekat dengan Tuhan.
e.       Ahl al-Suffah, yaitu para sahabat yang hijrah bersama Nabi ke Madinah dengan meninggalkan harta kekayaannya di Mekkah. Di Madinah mereka hidup sebagai orang miskin, tinggal di Mesjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan memakai suffah, (pelana) sebagai bantal. Ahl al-Suffah, sungguhpun tak mempunyai apa-apa, berhati baik serta mulia dan tidak mementingkan dunia. Inilah pula sifat-sifat kaum sufi. Shaff, artinya barisan (dalam Shalat) pada shalat berjama’ah
f.       Shouffanah, sejenis buah yang kecil berbulu, yang tumbuh di padang pasir, sedangkan pakaian kaum suffi ada kecenderungan itu berbulu.
g.      Tasawuf,  berasal dari bahasa Yunani“ Theosophy “ (Theo = Tuhan , Shopos = Hikmah) berarti hikmah ketuhanan, pada bangsa Yunani Theosopya suatu ilmu yang membicarakan tentang masalah ketuhanan.

2.                        Pengerrian Tasawuf secara Terminolgi
a.       Junaid al-Bagdadi,  Membersihkan hati dari apa saja yang mengganggu perasaan  hati, menghancurkan sifat kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri, menjauhi seruan hawa nafsu, mendekati sifat suci kerokhanian,  memberi nasehat pada orang lain, menepati janji pada Allah, mengikuti Rasululloh dalam hal ibadah, Hanya Allah yang menghidupkan dan mematikan.
b.      Abu Qosim abdul al-Karim al-Qusyairi. Tasawuf ialah menjabarkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan As-Sunnah, berjuang melawan hawa nafsu/mengendalikan syahwat, menjauhi perbuatan bid’ah, dan menghindari sikap meringan-ringankan ibadah
c.       Basyr bin Haris, sufi ialah orang yang suci hatinya menghadap kepada Allah
d.      Sahl al Turasi, bahwa sifi ialah orang yang bersih hatinya dari kekeruhan, penuh dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalammenghadap Allah, dan baginya tiada bedanya harga emas dan pasir. Yang berharga Hanyalah Ridha Allah
 e.       Abu Yazid al Bustami, secara luas mengatakan, bahwa tasawuf mencakup tiga aspek:”Kha”= Melepaskan diri dari perangai tercela “Ha”= Menghiasi diri dari akhlak yang terpuji, “Jim”  = Mendekatkan diri kepada Allah/Tuhan berada dihadapanmu.
f.       Ma’ruf al-Karkhi, Tasawuf ialah mengambil hakekat dan tidak tamak serta serakah, dari apa yang ada dalam genggaman makhluk
g.      Amir bin Usman: Tasawuf  ialah melakukan sesuatu yang terbaik di setiap saat.
h.      Syam’nun : tasawuf ialah hendaklah kamu memiliki sesuatu dan tidak dimiliki sesuatu
i.        Abu Hamzah: tanda orang sufi yang benar ialah memilih hidup fakir setelah sebelumnya hidup kaya, memilih menghinakan diri setelaah sebelumnya hidup penuh penghoratan, memilih menyembunyikan diri setelah sebelumnya terkenal, adapun tanda orang sufi palsu ialah memilih hidup kaya setelah hidup fakir, memilih kemuliaan dunia setelah sebelumnya dalam kehinaan, dan memilih terkenal setelah sebelunya hidup tidak terkenal.
j.        Abu al-Husain an-Nûrî (w. 295 H) mengatakan bahwa orang-orang sufi ialah kelompok yang bersih jiwanya dari noda-noda sifat manusia, penyakit-penyakit hati, dan mereka bebas dari nafsu syahwat, sehingga mereka mendapat tempat di barisan pertama dan derajat paling tinggi di sisi Allah.
k.      Abû al-Farid Sauban Zûn al-Nûn al-Misrî (w. 249 H) mengatakan, sufi adalah orang yang tidak bosan bermohon dan tidak gelisah kalau miliknya diambil.
l.        Sahl al-Tustûrî (w. 283 H) mengatakan, sufi adalah orang yang membersihkan diri dari kotoran dan selalu bermeditasi, memutuskan hubungan dengan manusia hanya semata-mata karena Allah, dan dalam pandangannya emas dan lumpur itu sama saja.
m.    Abu Hamid al-Ghazâlî (w. 505 H) mengatakan, para sufi ialah ilmu dan amal dan buahnya adalah moralitas. Dan tasawuf merupakan semacam pengalaman maupun penderitaan riil. Oleh karena itu, para sufi adalah orang-orang yang lebih mengutamakan keadaan rohaniah daripada ucapannya dan jalan mereka adalah penyucian, pembersihan, pencerahan, persiapan dan penantian diri (ma’rifat).
n.      Ibn al-‘Arabî (w. 638 H) mengatakan, tasawuf adalah berakhlak dengan akhlak Allah. Sufi dan tasawuf merupakan satu-kesatuan yang satu sama lain menjadi mediasi. Bagi sufi, tasawuf adalah apresiasi semua bentuk amalan dan perasaan hati. Sedangkan bagi tasawuf sufi adalah pelaksana segala bentuk rasa (dzauq) atas dasar penyingkapan intuitif (ma’rifat). Jadi ketika mendefinisikan tasawuf, berarti pula mendefinisikan sufi. Begitu juga ketika mendefinisikan sufi, secara otomatis berarti mendefinisikan tasawuf.

Jadi Ilmu Tasawwuf  adalah : Ilmu yang mempelajari tentang usaha-usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling menginatkan antar manusia, berpegang teguh pada janji Allah, dan mengikuti syariat Rasulullah untuk mencari ridla Allah.

B.     Dasar-dasar Tasawuf
1.                              A-Qur’an
Al-Qur’an didalamnya terkandung muatan ajaran Islam, baik Aqidah-Syari’ah-Muamalah. Secara umum, ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriyah dan batiniyah, pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniyah yang selanjutya melahirkan tasawuf.


Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." Al-Maidah 45

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (al-Baqoroh 115)


Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Al-Fatir 5)

 Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa  (An-Nisak 77)

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(at Thalaq 3)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim 7)
  
a.       As-Sunnah

Man ‘arofa nafsahu faqod ‘arofa robbahu
Barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal Tuhannya. (HR Bukhori)

Izhad fiddunyaa yukhibbukalloohu wazhad fiimaa fii aidinnaasi yukhibbuka
 Zuhudlah terhadap dunia, maka Allah akan mencitaimu, zuhudlah apa yang ada ditangan orang lain, maka mereka akan mencintaimu. (ibnu Majjah)  maksudnya tidak dengki                                                                                                                                      
                       
Dalam diri rasulullah terdapat petunjuk yang menggambarkan beliaunya adalah sebagai seorang sufi.kehidupan beliau sangat sederhanan beliau sangat zahid (menjauhi pola hidup keharta bendaan) suatu saat rasulullah bertahanuts (menyendiri) bertapa, bertafaqur, bahkan memakai pakaian yang amat sangat sederhana tambalan, selama dalam gua tidak makan dan minum (apalagi membawa perbekalan), seringkali istrinya berkata ’kenapa kakanda berbuat seperti ini, bukanlah allah telah mengampuni kakanda ” jawab beliau apakah engkau tidak menginginkan aku sebagai hamba yang pandain bersyukur”    

·  Dalam sebuah doa Rasulullah saw berkata: “Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku selaku orang miskin,”(HR at-Tirmizi, Ibn Majah, dan Hakim).
·  Atau dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Rasulullah datang ke rumah isterinya, Aisyah, ternyata dirumahnya tidak ada makanan. Hal tersebut diterimanya dengan sabar, dan beliau menahan laparnya dengan berpuasa. (HR Abu Daud, at-Tirimizi, dan Nasa’i).
·  Dalam beberapa hadits Nabi saw memiliki sifat-sifat terpuji, seperti kasih sayang, penyantun, suka memberi, suka berterimakasih, pemberani, dan sebagainya. Hal ini yang ditunjukkan pada Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Nabi saw ia menjawab, “Akhlaknya adalah al-Qur’an.” (HR. ahmad dan Muslim).
·  Semua yang dilakukan dan dipraktikkan Rasulullah adalah doktrin sufisme. Karena Rasulullah saw memiliki kepribadian sempurna. Beliau adalah suri teladan untuk seluruh ummat manusia. Dan ini adalah tipe ideal bagi setiap sufi. Diceritakan dalam riwayat Aisyah suatu malam Nabi mengerjakan shalat malam. Karena panjang dan banyak rakaatnya, lututnya bergetar. Tatkala sujud terdengar suara tangisnya, namun beliau tetap melakukan shalat sampai azan Bilal Ibn Rabah terdengar di waktu subuh. Melihat Nabi tekun melakukan shalat Aisyah bertanya. “wahai tuan, bukankah dosamu yang terdahulu dan yang akan datang telah diampuni Allah. Mengapa engkau masih terlalu banyak melakukan shalat?” Nabi saw menjawab, “Aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur.” (HR Bukhari dan Muslim).
·  Rasulullah saw juga sering berzikir. Dalam sebuah hadits beliau berkata: “Sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya setiap hari tujuh puluh kali.” (HR at-Tabrani).
·  Dalam riwayat yang lain dikatakan Nabi meminta ampun setiap hari seratus kali (HR Muslim).
·  Dan Nabi selalu melakukan i’tikaf di masjid terutama pada malam-malam sepuluh ramadlan akhir (HR Bukhari Muslim). Dalam perilaku Rasulullah saw sering memberikan wejangan-wejangan bagaimana laku hidup yang baik agar dekat dengan Allah swt seperti: “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu; dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan orang banyak niscaya mareka pun akan mencintaimu.” (HR. Ibn Majah, at-Tabrani al-Hakim dan Baihaqi).
·   Dilain waktu Nabi pernah bersabda: “sayangilah yang ada dibumi, niscaya kau akan disayangi oleh yang ada di langit” (HR Bukhari)

·   Nabi juga berfirman dalam sebuah hadits qudsi mengenai kewalian, yaitu: “Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan permusuhan-Ku terhadapnya. Tidak ada sesuatu yang mendekatkan hamba-Ku kepada yang lebih Ku-sukai dari pada pengamalan segala yang kufardlukan atasnya. Kemudian, hamba-Ku yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melaksanakan amal-amal sunah, maka Aku senantiasa mencintainya. Bila Aku telah jatuh cinta kepadanya, jadilah Aku pendengarannya yang dengannya ia mendengar. Aku penglihatannya yang dengannya ia melihat. Aku tangannya yang dengannya ia memukul. Aku kakinya yang dengan itu ia berjalan. Bila ia memohon kepada-Ku, Aku perkenankan permohonannya. Jika ia meminta perlindungan, ia Ku-lindungi.” (HR Bukhari).
·    Hadits ini merupakan baju kehidupan sufi. Karena seorang sufi memiliki sifat kasih sayang pada semua ciptaan Allah. Sebab mereka menyadari bahwa ciptaan Allah adalah milik Allah dan Allah adalah Sang kekasih. Untuk itu mereka sangat mencintai, merawat dan sayang pada milik Sang Kekasih. Beberapa sumber di atas dapat dijadikan bukti dan penguat bahwa al-Qur’an dan hadits mendukung semua bentuk doktrin dan teori tasawuf. Jika sekalangan pendapat mengatakan bahwa praktik zuhud, kewalian dan teori-teori falsasfi bukanlah ajaran Nabi sungguh sangat disayangkan, karena persepsi yang demikian sangat bersifat interpretatif-subyektif dan tidak mendasar. (wallahu a'lam)                                                                                                                                                                                                                                       
 
Sahabat Nabi yang juga serang sufi
 
ABU BAKAR AS-SHIDDIQ .R.A. (WAFAT 13H)
Abu Bakar As-Shiddiq, seorang sahabat yg zahid, bertaqwa, dan wara`. Dia membuang jauh dunia, meninggalkan tujuan-tujuan duniawi, untuk menghadapkan diri sepenuhnya padaAllah, hingga dalam kurun waktu enam tahun dia tidak menambah satu bajupun. Dia pernah berkata, “Inilah yg diharapkan Allah dariku.” Dalam kesempatan lain dia mengatakan, “Jika seorang hamba telah merasa kagum pada perhiasan dunia, maka Allah membenci hamba ini sampai ia meninggalkan perhiasan itu” (AL-Hayah Ar-Ruhiyyah fi Al-Islam) Dalam kesempatan lain juga berbicara tentang ma`rifat. “Barang siapa merasakan sesuatu dari kemurnian ma`rifat, maka hal itu akan membuatnya lupa pada selain Allah Ta`ala, dan merasa asing ditengah-tengah manusia” (AL-Hayah Ar-Ruhiyyah fi Al-Islam).
 
UMAR BIN KHATTAB R.A. (WAFAT 24 H)
Umar bin Khattab r.a. sangat terpengaruh oleh ahlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia meneladani sikap zuhud dan ibadah Rasulullah. Kehidupannya juga terpengaruh oleh kehidupan beliau, Rohaninya jernih dan hatinya bersih. Contoh paling nyata dari gaya hidup bersahaja Umar adalah kenyataan pada saat menjadi khalifah, Umar berpidato ditengah-tengah rakyat. Saat itu dia memakai sarung dengan dua belas tambalan, dan salah satu tambalan bajunya terbuat dari kulit. Selain itu baju yang dikenakannya memiliki empat tambalan. Dia tidak mempunyai baju selain yg dikenakannya itu. Selain itu, dia juga mencuci baju dengan tangannya sendiri. (At-Tasawwuf Al-Islami:Manabi`uh wa Athwaruh. lihat pula Al-Hayah Ar-Ruhiyyah. Hal. 21).
 
UTSMAN BIN AFFAN R.A (WAFAT 35 H)
Utsman adalah sahabat yg zahid, bertakwa, wara` banyak merenungkan alam semesta dan Al-Qur`an. Disiang hari berpuasa, sementara dimalam hari mengerjakan shalat. Tidak pernah seharipun ia meninggalkan bacaan Al-Qur`an sampai-sampai saat ia mati terbunuh, ia sedang memegang AL-Qur`an. (Al-Hayah Ar-Ruhiyyah) Suatu hari Usman berkata, “Aku menjumpai kebaikan itu terkumpul dalam empat hal: pertama Mencintai Allah, kedua Saabar dalam Menjalankan Hukum Allah, ketiga Rela menerima Takdir Allah Azza wa Jalla, keempat Malu karena dilihat Allah Azza wa Jalla. (Nasy`atuh wa Athwaruh) Salah satu tanda kezuhudannya ia memberi makanan lezat kepada orang-orang muslim. Kemudian ia masuk rumah dan hanya memakan cuka dan minyak. (Ahmad bin Hanbal)
 
ALI BIN ABI THALIB R.A. (WAFAT 40 H)
Ali r.a. adalah sahabat yg zuhud, bersahaja dan sabar. Bajunya robek di sana sini. Pada suatu saat orang yg melihat bajunya robek bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau mengenakan baju yg robek?” Dia menjawab, “Agar hati ini bisa khusyu’ dan orang mukmin mencontoh perilaku ini.” (AL-Hayah Ar-Ruhiyyah).Perilaku Ali ini oleh para sufi dijadikan sebagai teladan bagi perilaku zuhud, hingga seorang ulama sufi mengatakan, “Semoga Allah meridhai Amirul Mukminin Ali. Jika dia tidak disibukkan oleh urusan perang, niscaya ia akan memberikan makna yg banyak dalam ilmu kami.” (Ath-Thusi, Al-Luma`). Ali pernah berkata pada dunia, “Kepadaku engkau merayu, kepadaku engkau rindu. Jauh.. .. Rayulah orang lain. Aku meninggalkanmu karena tiga hal, umurmu pendek, majelismu hina, dan bahayamu ringan. Ah.. karena sedikitnya bekal, jauhnya perjalanan dan sepinya perjalanan”. (Manabi`uh wa Athwaruh)

C.     Sejarah Tasawuf kontak terhadap kebudayaan  Hindu, Persia, Yunani, dan Arab
Tasawuf dalam kamus bahasa Inggris diartikan sebagai " mysticism". Dalam beberapa persoalan, kosa kata ini boleh jadi berkesan negatif, seperti dunia perdukunan atau "klenik" yang penuh dengan khurafat. Pendapat Kaum Orientalis ”Richad Hartman” mendukung tuduhan ”Max Horten”, mengatakan Tasawuf yang tumbuh di dunia Islam, karena terpengaruh dari ajaran Hindu, agama persia, agama masehi, filosof yunani, dan ajaran neo plotonisme, dan unsur  budaya arab.
Karena tasawuf timbul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai kontak dengan agama Kristen, filsafat Yunani dan agama Hindu dan Buddha. muncullah anggapan bahwa aliran tasawuf lahir dalam Islam atas pengaruh dari luar

1.                        Tasawuf dan ajaran Nasrani
Ada yang mengatakan bahwa pengaruhnya datang dari rahib-rahib Kristen yang mengasingkan diri untuk beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun pasir Arabia. Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang. Di siang hari, kemah mereka menjadi tempat berteduh bagi orang yang kepanasan; dan di malam hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga mengasingkan diri dari dunia ramai, walaupun untuk sementara, berhati baik, pemurah dan suka menolong.

2.                        Tasawuf dan ajaran Hindu Budha
ü  Tasawuf dipengaruhi ajaran Hindu, adanya ajaran reingkarnasi (kepindahan roh kebadan yang lain)
ü  Maqomah sufiyah yaitu fana, memiliki kesamaan dengan nirwana nya budha.  Nirwana atau Nibbana bukanlah suatu ketiadaan atau kepunahan. Nibbana bukanlah suatu surga. Tidak ada kata yang cocok untuk menjelaskan, adalah tempat Nibbana penuh dengan   kedamaian dan kebahagiaan, yang tiadak ada kekotoran batin yang menjadi sebab penderitaan dari kelahiran, usia tua, penyakit, kematian, kepedihan, ratapan dan keputus-asaan, yaitu Keserakahan (Loba), Kebencian (Dosa), dan Kebodohan Batin (Moha). Ketika Buddha Gotama meninggal dunia pada usia 80 tahun di Kusinara, maka Beliau mencapai An-upadisesa Nibbana atau Parinibbana.
ü  Konsep wihdat al-wujud dalam tasawuf Islam ada kesamaan dengan konsep vedanta dalam ajaran Hindu.
ü  Ajaran Buddha tidak mengakui adanya Tuhan Sang Pencipta, sedangkan ajaran Hindu meyakini bahwa Tuhan menciptakan alam semesta. Selain itu, agama Hindu menganggap Buddha sebagai inkarnasi Tuhan. Seseorang dapat mencapai kesempurnaan dengan mengerti kitab suci Veda”
ü  Pangeran Siddhartha Gautama, putra Raja Suddhodana, Ayahnya sangat menginginkan dia menjadi Maharaja Dunia, namun pikirannya dibayang-bayangi oleh ramalan petapa Kondanna yang mengatakan bahwa anaknya akan menjadi Buddha karena melihat empat hal: orang sakit, orang tua, orang mati, dan Pertapa Suci atau Pertapa,.lantas mencari peramal kesana kemari, tak diketemukan ketenangan batin, maka dia menyerah pada kenyataan anaknya menjadi pertapa. Akhirnya ia menemukan pencerahan ketika bertapa di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya pada malam Purnama Sidhi bulan Waisak.

ü    Para sufi belajar dan menyukai tasbih, begitu juga para pendeta budha senantiasa berkalungkaan tasbih
ü  Agama Hindu juga ada ajaran meninggalkan hara benda dunia untuk mendekat kepada tuhan dalam Atman dan Brahman  brahman berarti Yang daripadaNya segala mahluk dilahirkan, yang olehNya dan kepadaNya mereka hidup, ketika berangkat mereka masuk, Brahman merupakan segalanya dan ada di dalam segala hal. Brahman adalah esa, tidak ada Brahman yang kedua, apalagi ketiga, keempat dan seterusnya. Brahman adalah Kebenaran Tertinggi,
ü  Atman dikatakan sebagai sumber yang menyebabkan mahluk itu hidup. Atman bersemayam dalam tubuh manusia atau mahluk hidup dan seseorang yang mengerti akan Atman akan dapat mencapai Brahman atau Moksa

3.                        Tasawuf dan ajaran Yunani
Pengaruh filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Dalam filsafatnya, roh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang pada mulanya suci itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak dapat kembali ke tempatnya semula yang suci. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada fllsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan beberapa pantangan. Filsafat sufi juga demikian. Roh yang masuk ke dalam janin di kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tapi kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat dalam tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Maha Suci, roh yang telah kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadat yang banyak.
Dalam filsafat emanasi Plotinus. Roh memancar dari diri Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Pythagoras, dia berpendapat bahwa roh yang masuk ke dalam tubuh manusia juga kotor, dan tak dapat kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha membersihkan diri melalui reinkarnasi. Kalau sudah bersih, ia dapat mendekatkan diri dengan Tuhan sampai ke tingkat bersatu dengan Dia di bumi ini.
Paham penyucian diri melalui reinkarnasi tak terdapat dalam ajaran tasawuf. Paham itu memang bertentangan dengan ajaran al-Qur'an bahwa roh, sesudah tubuh mati tidak akan kembali ke hidup serupa di bumi. Sesudah bercerai dengan tubuh, roh pergi ke alam barzah menunggu datangnya hari perhitungan. Tapi, konsep Plotinus tentang bersatunya roh dengan Tuhan di dunia ini, memang terdapat dalam tasawuf Islam.

D.    Inti ajaran tasawuf
1.                        Zuhud
Dalam agama Islam, zuhud merupakan inti dari ajaran tasawuf. Sikap zuhud dapat memberikan ketenangan kepada seseorang. Ia adalah benteng dari sikap sombong, kikir, serakah dan bermewah-mewahan.
Bagaimana caranya agar kita bisa zuhud? Imam Al-Ghazali memberikan tiga tips. Pertama, memaksa diri untuk mengendalikan hawa nafsunya. Kedua, sukarela meninggalkan pesona dunia karena dipandang kurang penting. Ketiga, tidak merasakan zuhud sebagai beban, karena dunia dipandang bukan apa-apa bagi dirinya.
Sementara itu, Ibrahim bin Adham pernah ditanya seorang lelaki, “Bagaimana cara engkau mencapai derajat orang zuhud?” Ibrahim menjawab,”Dengan tiga hal, pertama, aku melihat kuburan itu sunyi dan menakutkan, sedang aku tidak menemukan orang yang dapat menentramkan hatiku di sana. Kedua, aku melihat perjalanan hidup menuju akherat itu amat jauh, sedang aku tidak memiliki cukup bekal. Ketiga, aku melihat Rabb Yang Maha Kuasa menetapkan satu keputusan atasku, sedang aku tidak punya alasan untuk menolak keputusan itu.” (Abu Ishak Ibrahim bin Adham Al Balkhi)
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)
Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu, batil, dan sekadar permainan. Yang dimaksud sekadar permainan adalah sesuatu yang tiada bermanfaat dan melalaikan. Ayat ini juga menunjukkan bahwa dunia adalah perhiasan, dan orang-orang yang terfitnah dengan dunia menjadikannya sebagai perhiasannya dan tempat untuk saling bermegah-megahan dengan kenikmatan yang ada padanya berupa anak-anak, harta-benda, kedudukan dan yang lainnya sehingga lalai dan tidak beramal untuk akhiratnya.
Hakekat zuhud itu berada di dalam hati, yaitu dengan keluarnya rasa cinta dan ketamakan terhadap dunia dari hati seorang hamba. Ia jadikan dunia (hanya) di tangannya, sementara hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan akhirat.
Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara total dan menjauhinya. Lihatlah Nabi, teladan bagi orang-orang yang zuhud, beliau mempunyai sembilan istri. Demikian juga Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman, sebagai seorang penguasa mempunyai kekuasaan yang luas sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Para Shahabat, juga mempunyai istri-istri dan harta kekayaan, yang di antara mereka ada yang kaya raya. Semuanya ini tidaklah mengeluarkan mereka dari hakekat zuhud yang sebenarnya.
2.                        Wara
Wara’ : adalah sifat kehati-hatian mereka yang luar biasa dari sesuatu yang haram dan tidak adanya keberanian mereka untuk maju kepada sesuatu yang bisa membawa kepada yang haram. Dan dalam hal itu, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang halal dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya banyak hal-hal syubhat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjaga diri dari hal-hal yang syubhat maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya.” (HR. al-Bukhari, kitab al-Iman, no. 52, dan Muslim, kitab al-Musaqah, no. 1599 dan 107.)
Yang dimaksud wara’ menurut Sahal bin AbduLlah adalah meninggalkan hal-hal yang tidak pasti (Syubhat), yaitu hal-hal yang tidak berfaedah. Sedangkan menurut As-Syibli, wara’ merupakan upaya untuk menghindarkan diri dari berbagai hal yang tidak berkaitan dengan Allah SWT. Dan  diceritakan oleh Ishaq bin Khalaf, wara’ dalam ilmu logika lebih hebat daripada emas dan perak. Sedangkan zuhud dalam ilmu kepemimpinan lebih hebat daripada keduanya. Oleh karena itu engkau dapat mengumpulkan keduanya dalam meraih kepemimpinan.
Menurut Abu Sulaiman Ad-Daraani, wara’ merupakan permulaan zuhud sedangkan qana’ah merupakan akhir keridhaan. Sedangkan menurut Abu Utsman, pahala wara’ adalah takut kepada hisab (perhitungan amal). Pada kisah yang lain diceritakan bahwa Hasan Al-Bashri bertanya kepada putera ‘Ali RA, “Apakah kebesaran agama ?” Dia menjawab sikap ‘Wara’’. Kemudian ditanyakan lagi, “Apa penyakit agama ?” Dia menjawab ‘Tamak’.
Begitulah sikap wara’ para sufi zaman dahulu. Menurut Imam Al-Ghazali wara’ adalah menahan diri dari larangan Allah SWT. Ada tiga macam wara’. Pertama wara’ shidiqqin yaitu meninggalkan sesuatu yang tidak ada dalil atau bukti kehalalannya. Kedua wara’ Muttaqiin yaitu meninggalkan sesuatu yang tidak mengandung syubhat tetapi dikhawatirkan membawa kepada yang haram. Dan yang ketiga adalah wara’ shalihin yaitu meninggalkan hal-hal yang –boleh jadi- halal atau haram, tetapi belum tentu menyehatkan / baik untuk badan (thayib).
3.  Qona’ah
Qona’ah, artinya merasa cukup dengan apa yang ada. Sebuah kata yang mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk dipraktikkan. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Kekayaan (yang haqiqi) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang haqiqi) adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim). Imam Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab “Kekayaan adalah kekayaan hati”. Hati atau jiwa yang kaya adalah hati atau jiwa yang selalu merasa puas dengan apa yang Allah berikan. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim)

Merasa puas (qona’ah) adalah kunci kebahagiaan. Merasa puas (satisfied) juga merupakan hal yang dianjurkan oleh para motivator modern. Dari merasa puas inilah timbul rasa kesyukuran. Merasa puas membuat seseorang tidak serakah dan menimbulkan rasa ingin berbagi. Ia tidak menggenggam semua yang telah dia dapat. Karena semua yang telah dia dapat, ketika sebagian kecilnya telah ia ni’mati, dia pun merasa puas, jiwanya telah merasa kenyang. Sehingga sebagian besarnya akan sangat mudah dia berikan kepada mereka yang membutuhkan.

Sebaliknya, jiwa yang serakah, jiwa yang selalu lapar, jiwa yang selalu merasa kurang, walau ia telah mendapatkan satu gunung emas, ia akan terus merasa kurang. Dan ia akan mencari gunung emas kedua untuk digenggamnya sendiri. Merasa kurang membuatnya bakhil. Kondisi jiwa yang selalu merasa kurang menyebabkan jiwanya menjadi tidak tenang.

2 komentar:

  1. BAGI TEMAN-TEMAN YANG SELALU KALAH DALAM PERMAINAN TOGEL DAN INGIN MERASAKAN YANG NAMANYA KEMENANGAN SILAHKAN HUBUNGI MBAH SARTO DI 082=378=607=111 JANGAN ANDA RAGU UNTUK MENCOBA DULU DAN YANG PENTING KITA BERANI MELANGKAH KARNA KITA CUMA MANUSIA BIASA YANG HANYA MAMPU BERUSAHA DAN BERDOA,INGAT SIAPA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH PASTI AKAN MENDAPATKANNYA DAN ALLAH TIDAK MERUBAH NASIB KITA KALAU BUKAN KITA SENDIRI YANG MERUBAHNYA…KALAU KITA BERSUNGGUH-SUNGGUH DAN NIAT KITA BAIK INSYA ALLAH OTOMATIS HASILNYA KITA AKAN RASAKAN SENDIRI,KARNA SAYA SENDIRI SUDAH MERASAKANNYA DAN SUDAH MELIHAT BUKTINYA KALAU ANKA DARI HASIL RITUAL DARI MBAH SARTO BISA MEMBAWA SAYA JAUH LEBIH SUKSES DARI SEBELUMNYA DAN SILAHKAN ANDA MEMBUKTIKAN SENDIRI.

    BAGI TEMAN-TEMAN YANG SELALU KALAH DALAM PERMAINAN TOGEL DAN INGIN MERASAKAN YANG NAMANYA KEMENANGAN SILAHKAN HUBUNGI MBAH SARTO DI 082=378=607=111 JANGAN ANDA RAGU UNTUK MENCOBA DULU DAN YANG PENTING KITA BERANI MELANGKAH KARNA KITA CUMA MANUSIA BIASA YANG HANYA MAMPU BERUSAHA DAN BERDOA,INGAT SIAPA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH PASTI AKAN MENDAPATKANNYA DAN ALLAH TIDAK MERUBAH NASIB KITA KALAU BUKAN KITA SENDIRI YANG MERUBAHNYA…KALAU KITA BERSUNGGUH-SUNGGUH DAN NIAT KITA BAIK INSYA ALLAH OTOMATIS HASILNYA KITA AKAN RASAKAN SENDIRI,KARNA SAYA SENDIRI SUDAH MERASAKANNYA DAN SUDAH MELIHAT BUKTINYA KALAU ANKA DARI HASIL RITUAL DARI MBAH SARTO BISA MEMBAWA SAYA JAUH LEBIH SUKSES DARI SEBELUMNYA DAN SILAHKAN ANDA MEMBUKTIKAN SENDIRI.

    BalasHapus
  2. hahahaha,, mbah aku minta no nya

    BalasHapus