Jumat, 02 Desember 2011

RESUME ILMU TASAWUF

RESUME ILMU TASAWUF
A. Pengertian
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi menggunakan terminologi filosifis dalam pengungkapannya serta berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.
B. Sejarah Kemunculan
Menurut At-Tafzani, tasawuf falsafi muncul dengan jelas dalam khasanah Islam sejak abad keenam hijiriyyah meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Sejak saat itu tasawuf jenis ini hidup dan berkembang, terutama di kalangan para sufi yana juga filosof, sampai menjelang akhir-akhir ini.
Masih menurut At-Tafzani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang samara-samar akibatnya banyaknya istilah khusus yang hanyadapat dipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini
C. Tokoh-Tokoh
1. IBN ‘ARABI
a. Biografi Singkat
Nama lengkap Ibn Arabi adalah Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyo;, tahun 560 H., dari keluarga berpangkat, hartawan, dan ilmuan. Diantara karya monementalnya adalah Al-Futuha Al-Makiyyah yang ditulisnya pada tahun 1201 tatkala ia sedang menunaikan ibadah haji. Karya lainnya adalah Tarjuman Al-Asuywaq yang ditulisnya untuk mengenjang kecantikan, ketaqwaan, dan kepintaran seorang gadis cantik dari keluarga seorang sufi di Persia.
b. Ajaran-ajaran Tasawufnya
Ajaran sentral Ibn arabi adalah tentang wahdat Al-wujud (kesatuan wujud). Meskipun demikian, istilah wahdat Al-wujud yang dipakai untuk menyebut ajaran sentralnya itu tidaklah berasal dari dia, tetapi berasal dari Ibnu Taimiah, tokoh yang paling keras dan mengecam dan mengkritik ajaran sentralnya tersebut.
Terjadi perbedaan dalam memformulasikan pengertian wahdat Al-Wujud. Menurut Ibnu Taimiyah, wahdat Al-Wujud adalah penyamaan Tuhan dengan alam. Menurutnya, orang-orang yang mempunyai paham wahdat Al-wujud mengatakan bahwa wujud itu sesungguhnya hanya satu dan wajib Al-wujud yang dimiliki oleh khaliq adalah juga mumkin Al-wujud yang dimiliki oleh makhluk. Selain itu, orang-orang yang mempunyai paham wahdat Al-wujud itu juga mengatakan bahwa wujud alam sama saja dengan wujud Tuhan, tidak ada kelainan dan tidak ada perbedaan.
Menurut Ibn Arabi, wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakikatnya wujud makhluk adalah wujud khaliq pula. Tidak ada perbedan antara keduanya (khalik dan makhluk) dari segi hakikatnya.
Menurutnya juga, wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah, dan Allah adalah hakikat alam. Perbedaannya hanya pada bentuk dan ragam dari hakikat yang satu.
Dari konsep wahdat Al-wujud Ibn Arabi ini, muncul dua konsep yang sekaligus merupakan lanjutan dan cabang dari konsep wahdat Al-wujud tersebut, yaitu konsep Al-hakikat Al-Muhammadiyyah dan konsep wahdat Al-Adyan (kesamaan agama).
Menurut Ibn Arabi Tuhan adalah pencipta alam semesta. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
Ø Tajalli Dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabitah
Ø Tanazul Dzat Tuhan dari alam ma’ani ke alam ta’ayyunat (realitas-realitas rohaniah), yaitu alam arwah yang mujarrad.
Ø Tanazul kepada realitas-realitas nafsiah, yaitu alam nafsiah berpikir.
Ø Tanazul Tuhan dalam bentuk ide materi yang bukan materi, yaitu alam mitsal (ide) atau khayal.
Ø Alam materi, yaitu alam inderawi.
Selain itu, Ibn Arabi menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak bisa dipisahkan dari ajaran Hakikat Muhamadiyyah atau Nur Muhammad. Menurutnya, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungan dengan kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ø Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak, yaitu Dzat yang mandiri dan tidak berhajat pada apapun.
Ø Wujud Hakikat Muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan) pertama dari wujud Tuhan kemudian muncullah wujud dengan proses tahapan-tahapannya sebagaimana dikemukakan di atas.
Dengan demikian Ibn Arabi menolak ajaran yang mengatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari tiada (cretio ex nihilio).
2. AL-JILLI
a. Biografi Singkat
Nama lengkapnya adalah ‘Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jilli. Ia lahir pada tahun 1365 M. di Jilan (Gilan), sebuah provinsi di sebelah selatan Kasfia dan wafat pada tahun 1417 M. Nama Jilli diambil dari tempat kelahirannya di Gilan. Ia adalah seorang sufi yang terkenal dari Baghdad. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh para ahli sejarah, tetapi dari sebuah sumber mengatakan bahwa ia pernah melakukan perjalanan ke India pada tahun 1387 M. kemudian belajar tasawuf di bawah bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani, seorang pendiri dan pemimpin tarekat Qadariyah yang sangat terkenal. Di samping itu, berguru pula pada syekh Syarafuddin Ismail bin Ibrahim Al-Jabarti di Zabid (Yaman) pada tahun 1393-1403 M.
b. Ajaran Tasawuf Al-Jilli
Ajaran tasawuf Al-Jilli yang terpenting adalah paham Insan Kamil (manusia sempurna). Menurut Al-Jilli, Insan Kamil adalah nukhsah atau copy Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam hadits :
خَلَقَ الَّلهُ اَدَمَ عَلَئ صُرَةِ الرَّحْمَنِ
“Allah menciptakan Adam dalam bentuk Maharahman”
Hadits lain berbunyi :
خَلَقَ الَّلهُ اَدَمَ عَلَئ صُرَتِهِِ
“Allah menciptakan Adam dalam bentuk diri-Nya”
Al-Jilli berpendapat bahwa nama dan sifat Ilahiah pada dasarnya merupakan milik insan kamil sebagai sutu kemestian yang inheren dengan esensinya. Hal itu karena sifat dan nama tersebut tidak memiliki tempat berwujud, melainkan pada insan kamil.
Lebih lanjut Al-Jilli berkata bahwa duplikasi Al-Kamal (kesempurnaan) pada dasarnya dimiliki oleh semua manusia, Al-Kamal dalam konsepnyamungkin dimiliki manusia secara profesional (bi Al-quwwah) dan mungkin pula secara actual (bi Al-fill) seperti yang terdapat dalam diri wali dan Nabi meskipun dalam intensitas yang berbeda. Sedangkan menurut Arberry Insan Kamil Al-Jilli dekat dengan konsep hulul Al-Hallaj dan konsep ittihad Ibn Arabi, yaitu integrasi sifat hulul dan nasut dalam suatu pribadi sebagai pancaran dari nur Muhammad. Adapun Ibn Arabi mentransfer konsep hulul Al-Hallaj dalam paham ittihad ketika menggambarkan insane kamil sebagai wali-wali Allah, yaitu diliputi oleh Nur Muhammad SAW.
Berkaitan dengan insane kamil, Al-Jilli merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui oleh seorang sufi. Dalam istilahnya, maqam itu disebut Al-martabah (jenjang/tingkatan). Martabah-martabah itu adalah :
Ø Islam. Islam yang didasarkan pada lima pokok atau rukun dalam pemahaman kaum sufi tidak hanya dilakukan secara ritual, tetapi harus dupahami dan dirasakan lebih dalam.
Ø Iman. Yakni membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan rukun iman dan melaksanakandasar-dasar Islam.
Ø Ash-Shalah. Pada maqam ini seorang sufi mencapai tingkatan ibadah yang terus menerus kepada Allah dengan perasaan khauf dan raja’.
Ø Ihsan. Maqam ini menunjukan bahwa seorang sufi mencapai tingkat menyaksikan efek (atsar) nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam ibadahnya merasa seakan-akan berada di hadapan-Nya.
Ø Syahadah. Pada maqam ini, seorang sufi telah mencapai iradah yang bercirikan mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih, mengingat-Nya terus- menerus, dan meninggalkan hal-hal yang jadi keinginan pribadi.
Ø Shiddiqiyah. Istilah ini menggambarkan tingkat pencapaian hakikat ma’rifat yang diperoleh secara bertahap Dari ilmu Al-Yaqin, ‘ain Al-yaqin, dan haqq Al-yaqin.
Ø Qurbah. Ini merupakan maqam yang memungkunkan seorang sufi dapat menampakkan diri dalam sifat dan mendekati sifat dan nama Tuhan
3. IBN SAB’IN
a. Biografi Singkat.
Nama lengkap Ibn Sab’in adalah ‘Abdul Haqq bin Ibrahim Muhammad bin Nashr, seorang sufi yang juga filosof dari Andalusia. Ia terkenal di Eropa karena jawaban-jawabannya atas pernyataan Frederick II, penguasa Sisilia. Ia dipanggil Ibn Sab’in dan digelari Quthbuddin. Terkadang dikenal pula dengan Abu Muhammad. Ia dilahirkan tahun 614 H. (1217-1218 M.) di kawasan Murcia.
Ibn Sab’in meninggalkan karyanya sebanyak 41 buah karya. Dan menguraikan tasawufnya secara teoritis maupun praktis, dengan cara yang ringkas maupun panjang lebar. Kebanyakan karyanya telah hilang.
b. Ajaran Tasawuf Ibn Sabi’in
Ibn Sab’in adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf filosofis, yang dikenal dengan paham kesatuan mutlaq. Gagasan essential pahamnya sederhana saja, yaitu wujud satu alias Wujud Allah semata. Paham ini dikenal dengan sebutan paham kesatuan mutlak. Hal ini karena paham ini berbeda dari paham-paham tasawuf yang memberi ruang lingkup pada pendapat-pendapat tentang hal yamh mungkin dalam suatu bentuk.
Dalam pahamnya , Ibn Sab’in menempatkanketuhanan pada tempat pertama. Wujud Allah, menurutnya, adalah asal segala yang ada pada masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Sementara wujud materi yang tanpak justru dirujukan pada wujud mutlak yang rohaniah. Dengan denikian, paham ini menampilkan wujud bercorak spiritual dan bukan material.
4. IBN MASARRAH
a. Biografi Singkat
Nama lengkap Ibn Masarrah adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Masarrah (269-319 H.). ia merupakan salah seorang sufi sekaligus filisof dari Andalusia. Ia memberikan pengaruh yang besar terhadap esetrik madzhab Al-Mariyah. lebih jauh Ibn Hazm mengatakan bahwa Ibn Masarrah memiliki kecenderungan yang besar terhadap filsafat, sedangkan dalam kacamata Musthafa Abdul Raziq, Ibn Masarrah termasuk aliran ittihadiyyah. Pada mulanya, Ibn Masarrah merupakan penganut sejati aliran Mu’tazilah, lalu berpaling pada madzhab Neo Platonisme. Oleh karena itu, ia dituduh mencoba menghidupkan kembali filsafat yunani kuno.
b. Ajaran Tasawuf Ibn Masarrah
Di antara ajaran-ajaran Ibn Masarrah adalah sebagai berikut :
Ø Jalan menuju keselamatan adalah mensucikan jiwa, zuhud, dan mahabbah yang merupakan asal dari semua kejadian.
Ø Dengan penakwilan ala Philun atau aliran Isma’iliyyah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, Ibn Masarrah menolak adanya kebangkitan jasmani.
Ø Siksa neraka bukanlah bentuk yang hakikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar