Senin, 05 Desember 2011

TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK DAN PENILAIAN KINERJA DI RAUDHATUL ATHFAL (RA)

TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK DAN PENILAIAN KINERJA
DI RAUDHATUL ATHFAL (RA)

A. Pengertian dan Hakikat Supervisi
Supervisi tidak dapat dilepaskan dalam dunia pendidikan, dan memiliki peran penting dalam pendidikan karena menjadi salah satu penentu keberhasilan. Tanpa adanya supervisi, proses pendidikan akan banyak terjadi bias. Supervisi berasal dari kata supervision (Inggris), super: atas, vision: visi. Jadi supervisi artinya: lihat dari atas. Menurut Soetjipto dan Kosasi (2007) supervisi yaitu semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran. Tidak berbeda jauh dengan yang didefinisikan Kimbal Wiles, supervisi adalah bantuan yang berikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik (Sahertian, 2000: 18). Menurut Bafadal supervisi pendidikan merupakan proses pemberian layanan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Bafadal, 2008: 46). Adapun menurut Sahertian supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran (Sahertian,2000:19).
Berdasar definisi di atas dapat dirumuskan supervisi adalah proses pemberian bantuan atau layanan kepada guru-guru untuk meningkatkan kemapuannya dalam pengelolaan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada hakikatnya supervisi adalah perbaikan proses pembelajaran.

B. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Pelaksanaan supervisi pendidikan tidak terlepas akan pertimbangan prinsip-prinsip yang ada. Menurut Sahertian prinsip supervisi adalah 1) prinsip ilmiah, 2) prinsip demokratis, 3) prinsip kerja sama, dan 4) prinsip konstruktif dan kreatif (Sahertian, 2000: 20).
Prinsip ilmiah dimaksudkan kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data yang objektif dalam proses pembelajaran, yang untuk memperolehnya diperlukan alat perekam data. Kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematik, berencana dan kontinyu.
Prinsip Demokratis. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harkat dan martabat guru berdasarkan rasa kesejawatan dan kemitraan, bukan berdasar pada atasan dan bawahan. Layanan dan bantuan yang diberikan guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru merasa nyaman dan aman dalam mengebangkan tugasnya.
Prinsip kerja sama yaitu mengembangkan usaha bersama atau memberi dorongan, menstimulasi guru sehingga merasa tumbuh bersama.
Prinsip konstruktif dan kreatif. Setiap guru akan merasa termotivasi dalm mengem-bangkan potensi kreatif jika supervisi menciptakan suasana yang harmonis dan menyenangkan, bukan melalui cara-cara paksaan dan menakutkan.
Prinsip-prinsip supervisi di atas dapat dilakukan bersama-sama atau terpisah didasarkan pada perencanaan dan atau kebutuhan guna peningkatkan proses pendidikan dan pembelajaran.

C. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan memiliki beberapa teknik dalam pelaksanaannya agar dapat mencapai tujuan yang direncanakan. Menurut Gwyn (Sahertian, 2007: 53-53) umumnya alat dan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat atau teknik. Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual, dan teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk melayani lebih dari seorang.

Teknik-teknik yang Bersifat Individual
Teknik-teknik yang bersifat individual, yaitu kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, intervisitasi, penyeleksian berbagai sumber materi untuk mengajar, penilaian diri sendiri.

Perkunjungan kelas.
Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat proses pembelajaran di kelas. Khususnya cara guru mengajar. Tujuannya untuk mendapatkan data keadaan sebenarnya selama guru mengjar. Dan berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru untuk meningkatkan proses pembelaran. Adapun jenis perkunjungan adalah 1) perkunjungan tanpa diberitahu, 2) perkunjungan dengan memberi tahu lebih dulu, dan 3) perkunjungan atau undangan guru.

Observasi kelas.
Melalui perkunjungan kelas supervisor dapat mengobservasi situasi pembelajaran yang sebenarnya. Adapun jenis observasi dalam konteks ini ada obsevasi langsung dan observasi tidak langsung. Tujuannya untuk memperoleh data seobjektif mungkin, sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan yang dihadapi dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.


Percakapan pribadi.
Dalam konteks ini percakapan antara seorang supervisor dengan seorang guru. Dalam percakapan ini kedua belah pihak berusaha berjumpa dalam usaha untuk memecahkan problem yang dihadapi guru.

Intervisitasi.
Yang dimaksud intervisitasi yaitu saling mengujungi antara guru yang satu kepada guru yang lain yang sedang mengajar. Visitasi ini akan lebih bernilai bila direncanakan seksama dengan prinsip kooperatif. Nilai visiatasi bertambah jika diikuti dengan musyawarah untuk mendiskusikan dan menganalisis.

Menilai diri sendiri.
Melihat kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran merupakan salah satu tugas terstruktur guru. Di samping menilai muridnya dan menilai diri sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam pertumbuhan/peningkatkan kualitasnya.

Teknik-teknik yang Bersifat Kelompok
Teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah tekni-teknik yang dilaksanakan bersama oleh supervisor dengan menggabungkan sejumlah guru dalam kelompok. Teknik tersebut meliputi 1) pertemuan orientasi bagi guru baru, 2) panitia penyelenggara, 3) rapat guru, 4) studi kelompok antar guru, 5) diskusi sebagi proses kelompok, 6) tukar menukar pengalaman, 7) lokakarya, 8) diskusi panel, 9)seminar, 10) simposium, 11) diskusi mengajar, 12) perpustakaan jabata, 13) buletin supervisi, 14) membaca langsung, 15) mengikuti kursus, 16) organisasi jabatan, 17) laboratorium kurikulum, dan 18) perjalanan sekolah untuk staf (Sahertian, 2000:86-125).
Teknik-teknik di atas baik yang bersifat individual atau kelompok dalam praktiknya perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan mendukung sehingga supervisi berjalan efektif. Tanpa adanya situasi dan kondisi yang mendukung akan banyak kendala untuk pencapaian keefektifan supervisi.

D. Pendekatan Supervisi Pendidikan
Pelaksanaan supervisi pendidikan memiliki beberapa pendekatan. Pendekatan supervisi menurut Soetjipto dan Raflis (2007) adalah (1) pendekatan humanistik, (2) pendekatan kompetensi, (3) pendekatan klinis, (4) pendekatan profesional.
Pendekatan humanistik menempatkan guru sebagai mahluk yang punya pikiran, rasa dan kehendak yang terus bisa tumbuhkembang, dan bukan sebagai alat semata untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar. Dalam proses pembinaan guru mengalami perkembangan yang terus menerus. Guru pun merasa memiliki kebutuhan untuk berkembang dan berubah, sehingga makin lama guru makin dapat mandiri, dan bersedia mengambil tanggung jawab terjadinya perubahan.
Pendekatan kompetensi, pendekatan ini memiliki makna bahwa guru harus mempuyai kompetensi tertentu untuk menjalankan tugasnya. Dalam konteks ini tujuan supervisi membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru yang tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak produktif.
Pendekatan klinis berasumsi bahwa proses belajar guru untuk berkembang selalu terkait dengan proses belajar guru sendiri, yang bersifat invidual. Pendekatan klinis merupakan proses tatap muka antara supervisor dengan guru membicarakan masalah mengajar dan yang berhubungan dengannya, oleh karenanya dalam supervisi klinis, supervisor dan guru sebagai teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Adapun sasaran supervisi klinis yaitu perbaikan pengajaran, bukan kepribadian guru.
Pendekatan profesional berasumsi bahwa tugas utama profesi guru itu mengajar, sehingga sasaran supervisi harus mengarahkan pada hal yang menyangkut tugas mengajar, bukan yang sifatnya administratif. Berdasar asumsi di atas pembinaan profesional dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembinaannya dilandasi hubungan yang serasi atau harmonis antara guru dengan supervisor, sehingga kemampuan guru menajdi meningkat.

E. Peran Supervisi Pendidikan dalam Peningkatan Kemampuan Diri Guru
Setiap guru selalu berusaha meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dirinya, dengan memiliki kualitas kemampuan yang tinggi akan mudah dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya bila seorang guru tidak mau meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya maka akan sulit untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Salah satu piranti atau alat untuk meningkatkan kemampuan diri yaitu supervisi pendidikan. Setiap guru yang selalu bersedia untuk disupervisi supervisor, baik supervisi langsung dan atau tidak langsung bahkan mengundang supervisor. Secara terencana dan berkesinambungan seorang guru akan mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Selanjutnya melakukan perbaikan-perbaikan, maka kemampuan seorang guru dapat tumbuhkembang.
Supervisi bukanlah ajang mengadili melainkan aktivitas membantu guru untuk keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan sekaligus mendorong untuk menumbuh-kembangkan kemampuan dan pekerjaannya. Kegiatan supervisi, tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar (Soetjipto, 2007: 236). Ciri utama supervisi adalah perubahan, dalam arti peningkatan ke arah efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Supervisi sebagai alat atau sarana. Melalui supervisi seorang guru termotivasi untuk berubah, tumbuh dan meningkat kemampuan dan pekerjaannya dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.


Daftar Pustaka

Bafadal, Ibrahim. 2008. Peningkatan Profesialisme Guru Sekolah Dasar dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar