Jumat, 02 Desember 2011

TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN


Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan. Secara garis besar, cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik Individu (perseorangan ) dan teknik yang bersifat kelompok.[1]
a)      Teknik Yang Bersifat Individu (Perseorangan)
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Teknik ini antara lain perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri.
b)      Mengadakan kunjungan kelas (Classroom visitation)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuanya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.
Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan diskusi empat mata antara supervisor dengan guru yang bersangkutan. Supervisor memberikan saran-saran atau nasehat-nasehat yang diperlukan, dan gurupun dapat mengajukan pendapat dan usul-usul yang konstruktif demi perbaikan proses belajar-mengajar selanjutnya.
c)      Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya

sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri (intraschool visits) atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain (interschool visits). Sebagai demonstran dapat ditunjuk seorang guru dari sekolah sendiri atau sekolah lain, yang dianggap memiliki kecakapan atau ketrampilan mengajar sesuai dengan tujuan kunjungan kelas yang diadakan, atau lebih baik jika sebagi demonstran tersebut adalah supervisor sendiri, yaitu kepala sekolah. Sama halnya dengan kunjungan kelas, kunjungan observasi juga diikuti dengan mengadakan diskusi di antara guru-guru pengamat dengan demonstran, yang dilakukan segera setelah demontrasi mengajar selesai dilakukan.
d)      Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa.
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang “nakal”, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temanya. Meskipun di beberapa sekolah mungkin telah dibentuk bagian bimbingan dan konseling, masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya. Di samping itu, kitapun harus menyadari bahwa guru kelas atau wali kelas adalah pembimbing yang utama. Oleh karena itu, peranan supervisor, terutama kepala sekolah, dalam hal ini sangat diperlukan.
e)      Membimbing guru-guru yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah.
·         Menyusun Program Catur Wulan atau Program Semester;
·         Menyusun atau membuat Rencana persiapan Pengajaran, Sylabus,
·         Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas;
·         Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran;
·         Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar;    
·         Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, Study tour, dan sebagainya.
Berbagai kegiatan supervisi tersebut di atas, di samping dapat dilakukan dengan teknik perseorangan, dapat juga dengan teknik kelompok, bergantung pada tujuan dan situasinya.
2.      Teknik Kelompok (group technique)                                                                                                            
Ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a)      Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)                                         
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunya. Termasuk didalam perencanaan itu antara lain: mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Berbagai hal dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi seperti ha-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum, pembinaan administrasi atau tata laksana sekolah, termasuk Komite Sekolah dan pengelolaan keuangan sekolah.
b)      Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)                                                                    
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis (biasanya untuk sekolah lanjutan). Untuk SD (Sekolah Dasar) atau MI (Madrasah Ibtidaiyah) dapat pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat ataupun saran-saran yang diperlukan.

c)      Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)                               
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktikkan oleh guru-guru.[2] Supervisi sebenarnya dapat dipandang sebagai suatu “Seni”  kerjasama dengan sekelompok orang, di mana terhadap mereka dipergunaka wewenang sedemikian rupa sehingga pelaksanaan kerja dapat memperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Barang kali seni ini mungkin merupakan satu-satunya seni yang paling sukar diantara semua seni, sebab hal itu menuntut kemampuan untuk mempraktikkan prinsip-prinsip hubungan antar manusia (human relations) sengan baik dan secara otomatis seringkali cocok untuk semua orang pada sembarang waktu. Oleh karena itu di bawah ini lebih dulu akan dibahas beberapa prinsip umum supervisi sebelum masuk ke dalam teknik yang lebih detail.


[1] Sahertian, A. Piet & Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha Offset Printing, 1981, hal. 45, lihat juga Purwanto, M Ngalim, Administrasi dan Supervisi pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 120.

[2] Purwanto, M Ngalim, Administrasi, hal. 122.

1 komentar:

  1. Terima kasih sudah berbagi, sangat membantu sekali.
    Informasi terkait kepala sekolah, guru dan wali kelas saya mendapatkannya lengkap disini http://gurukepsek.wordpress.com/.
    Thanks

    BalasHapus